Nobar Debat Ditiadakan

JAKARTA – Rapat evaluasi debat kedua yang berlangs­ung kemarin (20/2) mengha­silkan sejumlah masukan. Mulai dari ditiadakannya nonton bareng para pendu­kung paslon di lokasi debat, sampai pengurangan tamu undangan baik dari tim su­kes 01 maupun 02.

Usai rapat di Kantor Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Menteng Ja­karta Pusat, Komisioner Wa­hyu Setiawan membeberkan, jika penonton yang berada di dalam ruangan debat masih dibatas wajar. Yang cukup mengkhawatirkan adalah pendukung paslon yang non­ton bareng yang masih be­rada di lokasi debat.

Nobar yang sebelumnya ada di lokasi debat merupakan usulan dari kedua paslon dan difasilitasi KPU. Untuk men­gurangi risiko, KPU mengusul­kan agar pada debat ketiga nobar yang difasilitasi KPU ditiadakan. Meskipun usulan tersebut belum disetujui oleh Tim Kampanye Nasional (TKN) 01 dan Badan Pemenangan 02.

“Apakah kegiatan nobar itu masih perlu diadakan atau ditiadakan. Nah masih ada opsi itu. Mari kita mengkaji bersama-sama plus dan mi­nusnya. Sebab sebenarnya kegiatan Nobar itu kan sudah dilakukan oleh kelompok masyarakat. Tanpa harus difasilitasi pun sebenarnya kelompok masyarakat itu sampai ke daerah sudah melakukan nobar itu se­hingga sebenarnya tidak terlalu relevan kami mela­kukan fasilitasi kegiatan nobar di dekat area debat,” paparnya, Rabu (20/2).

Selain nobar, KPU juga me­mastikan jika dibelakang kandidat tidak ada lagi auidens. Bahkan penonton yang be­rada di ruangan debat juga diwacanakan ada pengu­rangan. Banyak suara gaduh saat debat berlangsung. KPU menilai moderator dalam memandu jalannya debat juga sering terganggu.

Sehingga salah satunya ya­kni kami merekomendasikan, audiens yang diundang dalam debat akan kami kurangi. Nah hanya pengurangan sampai berapa orang itu belum dise­pakati.

“Hanya kami rekomenda­sikan soal ketertiban, ke­nyamanan bersama, untuk menghindari hal-hal yang gak diinginkan, maka KPU merekomendasikan audiens dikurangi jumlahnya,” tam­bah Wahyu

KPU juga akan memberikan panduan kepada para pen­dukung dalam melakukan yel-yel. Yel harus dilakukan untuk memantik semangat. “Tetapi yel itu tidak provo­katif dan tidak menyerang pihak lain. Tapi nanti yel-yel itu kami arahkan untuk me­nyemangati kandidat masing-masing tanpa harus meny­erang kepada pihak lain. Jadi menyemangati kepada kandidat yang didukungnya,” terang Wahyu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan