Pahami Kebutuhan Tenaga Kerja di Revolusi Industri 4.0

BANDUNG – Empat kompetensi di pendidikan menengah kejuruan yang memiliki prospek hingga 20 tahun ke depan terus dikembangkan. Keempat kompetensi ini akan lebih banyak dibutuhkan di era revolusi industri 4.0.

Kepala Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan Dinas Pendidikan Jawa Barat Dodin Rusmin Nuryadin mengatakan empat kompetensi itu di bidang pertanian, pariwisata, kemaritiman dan rekayasa industri. Ia menyebutkan tenaga kerja yang dibutuhkan di era sekarang itu yang berkaitan dengan high order thinking skill.

”Kebutuhan tenaga kerja di era saat ini berkaitan dengan high order thinking skill. Oleh karena itu, banyak yang akan membuka sekolah kejuruan kami arahkan untuk membuka kompetensi yang dibutuhkan industri saat ini,” ujar Dodin.

Dodin mengatakan Provinsi Jawa Barat mempunyai 103 kompetensi keahlian. Jumlah itu jauh diatas kompetensi keahlian nasional yang jumlahnya 51 kompetensi keahlian. Menurut Dodin, dibuatlah kebijakan yang menghentikan pengajuan pembukaan kompetensi keahlian yang sudah jenuh.

Keahlian yang sudah jenuh itu, yang menjadi faktor bahwa lulusan SMK menyumbang jumlah pengangguran terbesar. Data itu, kata Dodin, tidak sepenuhnya benar di Jawa Barat. Pasalnya di Jawa Barat setiap tahunnya, sekitar 60 persen lulusan terserap di dunia kerja.

”Sisanya ada yang memilih berwirausaha. Atau ada yang memutuskan berumah tangga,” ucapnya.

Lebih lanjut Dodin menyebutkan tingginya jumlah pengangguran disebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan persediaan tenaga kerja. Ditambah lagi proses link and match belum berjalan sepenuhnya. Di sekolah juga, kata Dodin, masih kurang terdapat daya dukung seperti ketersediaan guru linear.

”Ini masalah yang harus kita benahi segera. Salah satunya dengan membuka program baru yang sesuai dengan kebutuhan revolusi industri 4.0,” katanya.

Mematahkan anggapan

Menurut Dodin, empat kompetensi keahlian yang prospektif itu akan terus disosialisasikan. Menurut dia, persoalan mendasar adalah anggapan dari masyarakat. Ia mencontohkan kompetensi keahlian pertanian, dinilai masyarakat akan menghasilkan petani yang penuh lumpur dan jauh dari kesan elegan.

”Padahal petani lulusan SMK tidak hanya pandai bertani tapi dia mampu mengelola pertanian. Bisa dibilang dia insinyurnya,” ucapnya.

Berikutnya kompetensi keahlian kemaritiman, terus dikembangkan mengingat potensi besar yang dimiliki oleh Jawa Barat. Dodin meyakini, lulusan membuka lapangan kerja dari empat kompetensi keahlian yang prospektif tersebut. Untuk mencapai target tersebut, lanjut Dodin, sekolah harus mampu memenuhi 8 standar pendidikan dengan segera. (leo/azu)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan