Jawa Barat Pelopor Sport Science

BANDUNG – Belum lama bapak Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menuturkan penting adanya Ilmu Olahraga (sport science) di Jawa Barat khususnya dalam pengembangan bakat-bakat muda. Langkah tersebut diapresiasi KONI Jabar dengan menggelar Focus Group Discussion (FGD) mengenai pengembangan Institut Ilmu Olahraga di Jabar bersama KONI Jabar, Prof. Rusli Lutan dan perwakilan dari Beijing Sport University, Dr Bing Yan.

Kegiatan tersebut diharapkan mampu membuka mata para penggiat olahraga di Jawa Barat menjadi lebih melek akan ilmu olahraga. Sebagai informasi, Beijing Sport University (BSU) merupakan salah satu pengembang sport science. Mereka mampu mencetak dan mengembangkan para atlet-atlet menjadi jauh lebih baik lagi.

Beberapa contoh nyata adalah Lin Dan. Sebagai salah satu atlet Bulu Tangkis tunggal terbaik dunia saat ini. Keberhasilannya tidak lepas dari pengembangan potensi lewat ilmu olahraga yang dibina oleh BSU.

Bing Yan selaku perwakilan dari BSU menyampaikan bagaimana majunya sport science di tanah China. Mulai dari fasilitas simulasi latihan di segala kondisi lingkungan. BSU juga memiliki 5 lab khusus untuk meningkatkan kemampuan para atlet.

”Kami di sini tidak hanya melatih mereka yang atlet, tetapi fasilitas ini terbuka untuk umum,” tutur Bing Yan.

Selain itu BSU juga memiliki fasilitas khusus bagi mereka yang memiliki penyakit kronis (jantung, diabetes, dll.) yang juga ingin berolahraga.

”Kami juga memberikan fasilats kepada mereka yang berpenyakit kronis dan kami memberikan porsi latihan yang cocok untuk mereka,” lanjutnya.

Termasuk di dalamnya, kata dia, ada latihan dengan model hypoxemia (kondisi oksigen tipis). Kondisi ini lah, menurut Bing, yang ingin dikembangkan di Indonesia termasuk Jawa Barat.

Prof Rusli Lutan selaku penggiat sport science di tingkat Asia menuturkan pentingnya sport science di Indonesia. Bahkan tidak menutup kemungkinan metoda ini dikembangkan di Indonesia.

Rusli melanjutkan bagaimana lemahnya Indonesia dalam hal sport science ini. Indonesia kata dia, memiliki kelemahan dalam mendeteksi kelemahan dari seorang atlet. Berbanding terbalik dengan bagaimana BSU memberikan fasilitas mumpuni kepada para atlet di china.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan