Ada Presiden Jokowi, Rumah Tenda Bakal Dibongkar

Permasalahan sungai Citarum tak hanya soal sampah, tapi juga banjir. Demi menghindari banjir di rumahnya 16 orang dalam satu keluarga ini terpaksa tinggal di dalam tenda terpal berukuran 2×2 meter. Bagaimana ceritanya berikuti liputan:

YULLI S YULIANTI, DAYEUH KOLOT

BAU tak sedap dari kotoran yang terbawa aliran sungai Citarum, sudah menjadi makananpenciuman sehari hari warga yang tinggal di sana. Seperti kemarin (8/2), siang hari.Di tengah terik matahariyang menyengat saya menelu­suri bantaran sungai yang ada di Kampung Bolero, Desa dan Kecamatan Dayeuh Kolot.

Perjalanan saya terhenti ke­tika melihat seorang perem­puan hampir sebaya dengan saya tengah beres beres rumah atau mungkin tepatnya saung karena ukurannya sangat kecil, 3×3 meter dengan tinggi Dua meteran. Euis Farida demikian dia memperkenalkan diri saat saya mencoba menyambangi rumahnya tersebut.

Perempuan yang berusia 22 tahun itu, tinggal bersama dengan anak, suami dan mertuanyadalam tenda itu. Memilih tinggal dibantaran sungai me­mang bukan sebuahrisiko, tiap hari harus menciumbau tak sedap dari kotoran sehingga rentan akan timbulnyapenyakit.

”Saya di sini sama mertua, suami dan anak serta kakak, terpaksa berdesakan. Total ada 16 orang dari 4 Kepala Keluarga. Kami terpaksa tinggaldi sini, karena rumah yang dulu di­jadikan tempat tinggal sekarang sudah hancur,” jelas Euis saat mengawali pembicaraan.

Tinggal di rumah terpal di atas bantaran sungai Citarum, dila­kukan sejak tiga bulan lalu se­mata mata untuk menghindari banjir sungai terpanjangdan terbesar di Jawa Barat. Rumah mertuanya yang tak jauh dari lokasi dirinya membangun tenda acap kali terendam.

”Setelah pindah ke sini tidak terkena banjir lagi, karena posisinya memang di atas,” ungkapnya.

Biasanya, tiap banjir meredamrumah warga banyak yang mengungsi ke mesjid Al Musto­fa tidak jauh dari tenda mi­liknya. Namun, saat ini bangunan mesjid tersebut tengah direnovasi. Selain itu, setiap banjir datang, dirinya bersama keluarga enggan memilih men­gungsi di masjid sebab tidak nyaman karena berdesakan.

Merasa nyaman dengan kon­disi di tempat barunya dia pun membawa seluruh peralatan perabotan rumah tangganya ke dalam tendanya. Meskipun sebut dia, dirinya masih me­rasa khawatir dengan kualitas tenda miliknya jika terus me­nerus terkena hujan dan panas.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan