Di Sumatera Terdesak Sawit, di Enrekang Trauma Masa Lalu

Mulai terpinggirkannya masyarakat adat di kawasan terpencil menginspirasi Paox Iben untuk berkeliling Indonesia menemui mereka. Menariknya, Paox melakukannya dengan menggunakan sepeda motor sendirian. Berikut sepenggal kisah perjalanan itu.

TRI MUJOKO BAYUAJI, Lombok

JAWAPOS BERBAGI ILMU: Pilox dikemuni anak-anak di pedalaman yang belum mengenal teknologi dan beberapa di antaranya tak tersentuh modernisasi
JAWAPOS
BERBAGI ILMU: Pilox dikemuni anak-anak di pedalaman yang belum mengenal teknologi dan beberapa di antaranya tak tersentuh modernisasi

SOSOK Ahmad Ibnu Wibowo, nama asli Paox Iben, sejatinya lahir dan besar di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah Namun, sejak remaja Poax jatuh cinta pada Lombok. Bahkan, beberapa kali, saat SMA, dia mengunjungi pulau indah di Provinsi Nusa Tenggara Barat itu. Tidak dengan pesawat, tapi menaiki motor kesayangan.

”Motor saya waktu itu masih Honda Astrea. Saya buat keliling sampai sini,” ungkap Paox membuka cerita kepada Jawa Pos (Jabar Ekspres Group) yang menemui di rumahnya, Mataram, Lombok, akhir Oktober lalu.

Dia menegaskan bahwa dirinya bukan anak motor, namun memang suka jalan-jalan atau bersilaturahmi ke mana pun dengan menggunakan motor. Selain mencintai Lombok, lulusan filsafat Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta itu juga menemukan jodoh di tanah Tambora tersebut.

”Faktor-faktor itulah yang kemudian membuat saya memutuskan untuk tinggal di Lombok,” ujar suami Nur Janah dan bapak tiga anak itu.

Sebagai seniman dan penulis, Paox selama ini banyak berfokus mempelajari seni dan budaya masyarakat yang dikunjunginya. Keputusannya untuk berkeliling Indonesia dengan menggunakan motor merupakan rangkaian kegiatannya mengampanyekan Bhinneka Tunggal Ika for The World. Alasannya, Bhinneka Tunggal Ika adalah warisan budaya yang terlalu kecil jika hanya diketahui bangsa Indonesia saja.

”Magna Charta saja sudah mendunia. Padahal, dari sisi dokumen, realitas keberagaman kita luar biasa. Masyarakat dunia bisa belajar pluralisme di sini,” ujar pria dengan ciri khas rambut gimbalnya itu.

Kehidupan masyarakat adat masa kini, kata Paox, penting untuk dipelajari. Pada masa lalu, masyarakat adat memiliki peran penting dan hidup di tengah-tengah pusat ekonomi. Kini, di tengah perkembangan zaman, masyarakat adat tergeser ke pinggiran dan hampir punah.

Tinggalkan Balasan