JABAR EKSPRES – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memastikan kesiapan penuh sektor penerbangan dalam menghadapi lonjakan mobilitas masyarakat pada libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.
Berbagai langkah strategis disiapkan, mulai dari inspeksi bandara, pengaturan armada, hingga stimulus untuk menekan harga tiket pesawat.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memproyeksikan jumlah penumpang angkutan udara pada libur Natal dan Tahun Baru 2025/2026 mencapai 5.050.194 orang, baik penerbangan domestik maupun internasional.
Baca Juga:Perkuat Layanan Jemaah Indonesia, Danantara Investasi Perhotelan di Makkah Sukses Transformasi Digital BSI, Anggoro Eko Cahyo Dinobatkan Sharia Banking Transformation Leader of the Year
“Kami memproyeksikan total penumpang selama periode Natal dan Tahun Baru 2025/2026 tembus 5.050.194 penumpang. Terdiri dari 3.899.176 penumpang domestik dan 1.151.018 penumpang,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Achmad Setiyo Prabowo dikutip dari ANTARA, Senin (15/12).
Ia menyampaikan angka tersebut terjadi peningkatan namun tidak terlalu signifikan disbanding periode sebelumnya, hanya saja Kemenhub tetap optimis mobilisasi masyarakat akan meningkat seiring tingginya kebutuhan perjalanan liburan Natal dan Tahun Baru.
“Dari sisi angka, kenaikannya memang tidak terlalu signifikan, tetapi kami tetap optimis akan ada peningkatan mobilisasi dan pergerakan penumpang,” ujarnya.
Ia juga, menyampaikan bahwa potensi pergerakan terbesar masih berasal dari rute-rute utama nasional dan regional.
Untuk penerbangan domestik, arus penumpang diperkirakan didominasi rute dari dan menuju Bandara Soekarno-Hatta, seperti Jakarta–Denpasar, Jakarta–Surabaya, Jakarta–Medan, serta Balikpapan–Jakarta. Sementara pada penerbangan internasional, rute ke Singapura dan Kuala Lumpur masih menjadi favorit.
Dari sisi armada, Kemenhub mencatat saat ini terdapat 568 pesawat terdaftar di Indonesia. Namun, hanya sekitar 368 pesawat yang siap beroperasi, sementara sisanya masih menjalani perawatan.
“Kondisi armada ini masih belum kembali seperti sebelum pandemi. Jumlah pesawat yang serviceable terbatas, sehingga rotasi pesawat menjadi lebih ketat, terutama saat terjadi gangguan cuaca atau teknis,” ujarnya.
Baca Juga:Penguatan Ekonomi Desa, Wamenkop Ajak Koperasi Ormas Islam Bermitra dengan Kopdes Merah PutihHilirisasi Perikanan Kian Menguat, Investasi Tembus Rp7,82 Triliun hingga Triwulan III
Untuk menjaga keterjangkauan harga tiket selama periode puncak liburan, pemerintah menggulirkan sejumlah kebijakan stimulus.
Di antaranya adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ditanggung pemerintah sebesar 6 persen, diskon fuel surcharge untuk pesawat jet dan propeller, potongan tarif jasa kebandarudaraan hingga 50 persen, penurunan harga avtur di 37 bandara, serta perpanjangan jam operasional bandara.
