Krisis Sampah Indonesia: Pendidikan Dini Jadi Kunci Solusi Jangka Panjang

Krisis sampah yang terus berulang di berbagai wilayah Indonesia, khususnya Jawa Barat menunjukkan bahwa persoa
Krisis sampah yang terus berulang di berbagai wilayah Indonesia, khususnya Jawa Barat menunjukkan bahwa persoalan ini bukan hanya pada volume limbah.
0 Komentar

Krisis sampah yang terus berulang di berbagai wilayah Indonesia, khususnya Jawa Barat menunjukkan bahwa persoalan sesungguhnya bukan hanya pada volume limbah yang meluap, tetapi pada pola pikir dan kebiasaan masyarakat yang masih reaktif. Pendekatan yang hanya berfokus pada pemindahan dan penumpukan sampah tanpa memutus sumber masalah dinilai menciptakan siklus darurat berkelanjutan.

Merespons kondisi ini, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2025 tentang Penanganan Sampah Perkotaan melalui Pengolahan Sampah menjadi Energi Terbarukan (PSEL). Kebijakan ini mendorong pemanfaatan teknologi ramah lingkungan untuk mengolah sampah menjadi sumber energi.

Meski demikian, para pemerhati lingkungan menegaskan bahwa PSEL merupakan solusi hilir yang penting namun tidak menyelesaikan akar masalah. Infrastruktur pengolahan sampah tetap bergantung pada volume sampah yang diproduksi masyarakat yaitu 1000 ton setiap hari.

Baca Juga:Semifinal LOTTE Bintang Muda Generasi Masa Depan 2025 berlangsung Sengit!Peringati Hari Jadi ke-68 Pertamina Terus Berbenah!

Langkah-langkah jangka pendek dan menengah seperti pembangunan fasilitas PSEL serta penguatan program pemilahan di tingkat komunitas, termasuk bank sampah dan gerakan 3R, memang diperlukan untuk meredakan tekanan darurat.

Namun, strategi-strategi tersebut masih bersifat kuratif, menangani dampak tanpa mencegah produksi sampah di awal.

Terapkan Strategi Preventif Fundamental

Para peneliti dalam publikasi berjudul Pentingnya Pendidikan Lingkungan Sejak Usia Dini menyimpulkan bahwa pendidikan lingkungan sejak usia dini menjadi “kunci utama” dalam membentuk karakter peduli lingkungan pada anak, serta pondasi bagi pola pikir yang peduli terhadap alam saat dewasa. Ini merupakan strategi preventif fundamental untuk membentuk generasi masa depan yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Sejumlah studi menunjukkan bahwa anak-anak yang diperkenalkan pada pengelolaan sampah sejak dini memiliki peningkatan signifikan dalam pengetahuan dan perilaku ekologis. Kebiasaan yang terbentuk di usia tersebut cenderung bertahan hingga dewasa dan bahkan memengaruhi anggota keluarga lainnya.

Pendidikan lingkungan yang efektif mencakup empat komponen utama: pertama, membangun kesadaran tentang siklus hidup produk dan dampaknya terhadap lingkungan. Kedua, menanamkan kebiasaan mengurangi konsumsi (reduce) sebagai prioritas utama dalam konsep 3R. Ketiga, membentuk identitas diri sebagai penjaga lingkungan melalui praktik langsung seperti bank sampah sekolah dan pengomposan. Keempat, memanfaatkan efek multiplikasi di mana anak menjadi agen perubahan di lingkungan keluarganya.

0 Komentar