JABAR EKSPRES – Di tengah tantangan fiskal yang akan dihadapi pada tahun 2026, Pemerintah Kota Cimahi menegaskan bahwa sektor kebudayaan tetap menjadi prioritas strategis yang tidak boleh terpinggirkan. Meskipun ruang anggaran semakin sempit, komitmen untuk menjaga kesinambungan pembangunan kebudayaan tetap dikuatkan melalui perencanaan matang dan kolaborasi lintas-sektor.
Kepala Bidang Kebudayaan Disbudparpora Kota Cimahi, Raden Lucky Sugih Mauludin mengungkapkan strategi utama tahun depan akan berfokus pada penguatan berbagai dokumen perencanaan dan pemetaan kebutuhan kebudayaan daerah.
Menurutnya, hal tersebut menjadi kunci untuk memastikan ekosistem kebudayaan di Cimahi tetap bergerak, sekalipun harus menyesuaikan dengan situasi fiskal yang menantang.
Baca Juga:Status Siaga Bencana Berlaku di 27 Daerah, BPBD Cimahi Fokus Pada Risiko GeohidrometeorologiPasokan Pangan Jelang Nataru, Warga Cimahi Diminta Tak Panic Buying
Salah satu instrumen penting yang kini menjadi perhatian adalah penyusunan Pokok-Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD). Lucky menjelaskan, dokumen ini bukan sekadar arsip perencanaan, tetapi peta jalan yang mengarahkan kebijakan kebudayaan di Cimahi agar tetap konsisten dan terukur.
Ia menuturkan, proses penyusunannya akan melibatkan tiga unsur utama, pemerintah daerah, pihak independen, serta Dewan Kesenian Kota Cimahi (DKKC). Ketiganya diharapkan dapat memberikan sudut pandang yang lebih luas dan objektif.
“Walaupun anggaran terbatas, pelayanan informasi dan perencanaan kebudayaan tidak boleh berhenti. PPKD akan disusun melalui kolaborasi dengan berbagai pihak,” jelasnya saat dikonfirmasi, Kamis (11/12/25).
Selain itu, Cimahi juga tengah memperkuat pemanfaatan Indeks Pemajuan Kebudayaan (IPK) sebagai alat ukur capaian dan perkembangan kebudayaan. IPK berfungsi sebagai parameter untuk melihat seberapa jauh upaya pelestarian, pemajuan, hingga revitalisasi kebudayaan daerah berjalan dengan baik.
Kedua instrumen ini PPKD dan IPK disebut Lucky sebagai fondasi strategis untuk menjaga arah kebijakan tetap stabil, meski kondisi anggaran tidak ideal.
Pada bidang pelestarian warisan budaya, khususnya aksara Sunda, Lucky menegaskan bahwa Cimahi tidak akan mundur. Ia menyampaikan bahwa pelatihan aksara Sunda yang telah digelar DKKC bersama sejumlah pakar budaya pada 2025 menunjukkan hasil positif, terutama setelah mulai masuk ke ranah pendidikan formal seperti jenjang SMP.
“Kami terus mencari kolaborasi dengan pihak swasta maupun lembaga lain. Dengan keterbatasan anggaran, kami harus kreatif menjalin kemitraan agar misi pemajuan kebudayaan, termasuk aksara Sunda tetap berjalan,” jelasnya.
