UBK Perkuat Peran Kader-Keluarga dalam Deteksi Dini Tanda Bahaya Balita Lewat Edukasi MTBS dan Media Flashcard

Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Bhakti Kencana kelompok 11 yang terdiri dari Bdn. Sri Lestari K.,SST.,M.
Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Bhakti Kencana kelompok 11 yang terdiri dari Bdn. Sri Lestari K.,SST.,M.Keb sebagai ketua. Ria Indriani, S. Kep., Ners., M. Kep., H. Tata Juarta, S.Pd., S.KM., MH.Kes, Ina Sugiharti.,SST.,M.Kes, Pujiati Setyaningsih, S.ST., M.Kes. sebagai anggota. Kegiatan ini melibatkan 3 mahasiswa dari Prodi S1 Kebidanan. (foto: Ina S.)
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Upaya peningkatan derajat kesehatan anak di tingkat keluarga merupakan salah satu langkah strategis untuk menurunkan angka kematian balita, terutama di wilayah dengan akses pelayanan kesehatan dasar yang masih memerlukan penguatan.

Hal inilah yang menjadi latar belakang diselenggarakannya kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh dosen dan mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhakti Kencana (UBK), yang dilaksanakan pada 30 November 2025, di rumah salah satu kader posyandu di Desa Cibiru Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.

Kegiatan ini diikuti oleh 30 orang tua balita dan 20 kader posyandu yang menjadi bagian penting dalam pemantauan kesehatan anak usia dini di wilayah tersebut.

Baca Juga:Pengabdian Masyarakat UBK Dorong Pemanfaatan Daun Gaharu sebagai Teh Herbal Asam UratCara Mendapatkan Saldo DANA Gratis Rp350.000 yang Langsung Cair, Cukup Manfaatkan Aplikasi ini

Sebagai institusi pendidikan kesehatan, UBK terus menunjukkan komitmennya dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Melalui kegiatan bertajuk, “Pemberdayaan Keluarga dalam Deteksi Dini Tanda Bahaya Balita melalui Media Kartu Flashcard dengan Pendekatan MTBS”, UBK berupaya memberikan edukasi kesehatan yang aplikatif dan berkelanjutan di tengah masyarakat, terutama mengenai penanganan awal balita sakit agar tidak terjadi keterlambatan perawatan.

Tantangan Kesehatan Balita di Desa

Desa Cibiru Wetan merupakan wilayah dengan jumlah balita yang cukup besar dan masih menghadapi tantangan tingginya kasus gizi kurang, stunting, serta keterbatasan literasi kesehatan keluarga dalam mengenali kondisi gawat darurat pada balita.

Tidak jarang, orang tua membawa anak ke layanan kesehatan ketika kondisi sudah berat, sehingga risiko komplikasi dan angka perawatan intensif meningkat.

Selain faktor sosial ekonomi, kurangnya pengetahuan tentang tanda bahaya balita menjadi penyebab utama keterlambatan penanganan.

Selama ini, edukasi posyandu lebih banyak dilakukan dalam bentuk ceramah singkat yang berpusat pada tenaga kesehatan, sehingga kurang melibatkan partisipasi aktif keluarga.

Oleh karenanya, pendekatan edukasi yang lebih interaktif, visual, dan mudah diingat sangat diperlukan.

Baca Juga:Honor 400 Lite Punya Fitur Ajaib, Ini Kecerdasan Magic Portal & Magic CapsuleTanpa Modal, Inilah Deretan Aplikasi Penghasil Uang yang Terbukti Membayar di Tahun 2025

Menghadirkan Pendekatan MTBS sebagai Solusi Berbasis Bukti

Dalam sesi edukasi, tim UBK memperkenalkan konsep Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI).

MTBS merupakan pendekatan pelayanan kesehatan terintegrasi yang dikembangkan oleh WHO dan UNICEF untuk balita usia 0–59 bulan yang sakit.

0 Komentar