Cara Menjadikan Bekerja Sebagai Ibadah yang Berbuah Pahala

ILUSTRASI bekerja sebagai ibadah yang menghasilkan pahal. (freepik)
ILUSTRASI bekerja sebagai ibadah yang menghasilkan pahal. (freepik)
0 Komentar

Ketika kita bekerja melakukan kezaliman, kecurangan atau kebohongan, maka Allah akan mencabut keberkahan hartanya. Harta yang tidak berkah akan menimbulkan banyak dampak negatif dalam kehidupan dirinya dan keluarganya. Harta yang tidak berkah, walaupun banyak, akan terasa sedikit dan cepat hilang. (Lihat Majmu’ah Al-Fatawa, 28: 646)

Harta yang tidak berkah tersebut, jika masuk ke dalam perut, akan membuatnya malas dalam beribadah kepada Allah Ta’ala. Dan ujungnya harta yang tidak berkah tersebut akan menjerumuskan ke dalam api neraka. Wal-‘iyyadzu billah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menasihati sahabat Ka’ab,

يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ إِنَّهُ لاَ يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلاَّ كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ

Baca Juga:Tutorial Cara Dapat Uang di Aplikasi Melolo, Hasilkan Rp30.000 Dengan Ikuti Langkah IniCara Daftar Mudik Gratis KAI 2025, Cek Syaratnya dan Jadwalnya Jangan Sampai Kehabisan Kuota

“Wahai Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidaklah daging (anggota badan) yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang haram, kecuali semua itu lebih berhak dibakar dalam api neraka.” (HR. Tirmidzi, no. 614. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan.)

Selain itu, cara kerja yang membuahkan pahala adalah tidak melalaikannya dari ibadah kepada Allah Ta’ala. Ibadah di sini meliputi hablumminallah (berhubungan dengan Allah, misalnya: salat lima waktu) dan hablumminannas (hubungannya dengan manusia, misalnya: mendidik keluarganya tentang agama dan akhlak). Demikian, karena seorang ayah akan ditanya tentang kepemimpinannya di akhirat kelak.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan demikian juga, seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari)

Selain materi, tentu keluarga kita juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Maka, selayaknya tatkala seorang ayah atau suami pulang dari pekerjaannya, ia memberikan waktu untuk istri dan anak yang telah menanti kedatangannya di rumah.

Semoga Allah Ta’ala memudahkan setiap pekerjaan yang kita lakukan dan memberikan pahala atas segala aktivitas yang telah kita upayakan untuk meraih rida dan rahmat-Nya.

اللَّهُمَّ اكْفِني بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi no. 3563; Ahmad, 1: 153; dan Al-Hakim, 1: 538. Hadis ini dinilai hasan menurut At-Tirmidzi. Lihat Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin, 2: 509-510)

0 Komentar