JABAR EKSPRES — Ambisi Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung untuk menjadikan seluruh wilayahnya sebagai Kawasan Bebas Sampah (KBS) ternyata masih sulit diwujudkan di lapangan.
Sejumlah warga menilai, meskipun konsepnya baik dan visioner, pelaksanaan program KBS belum menyentuh akar persoalan utama: minimnya fasilitas pemilahan, kurangnya tenaga pendamping, dan lemahnya kesadaran masyarakat akibat edukasi yang tidak merata.
Program KBS sendiri merupakan upaya Pemkot Bandung untuk menekan timbunan sampah dengan mendorong pengelolaan sejak dari sumbernya, rumah tangga, RW, hingga komunitas.
Baca Juga:Respons Sikap Pemprov Soal Sampah Pasar Caringin, Walhi Jabar Sorot Tanggung Jawab PengelolaWalhi Jabar Desak Pemerintah Fokus Tangani Sampah Kawasan Komersial!
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, bahkan menargetkan agar setiap RW memiliki satu petugas pendamping khusus yang bertugas mengedukasi warga soal pemilahan dan pengolahan sampah.
Namun di tingkat pelaksanaan, warga justru dihadapkan pada tantangan yang jauh lebih kompleks dibanding semangat yang digelorakan dari balai kota.
Di sejumlah kawasan seperti Kecamatan Antapani, Kiaracondong, dan Arcamanik, banyak warga mengaku kesulitan menerapkan sistem pemilahan karena fasilitas dasar, seperti tong sampah terpisah dan bank sampah aktif, masih sangat terbatas.
“Kita diminta memilah sampah, tapi tongnya aja masih satu. Kalau pun ada, diangkutnya juga nyampur lagi ke truk. Jadi percuma,” keluh Sulastri (42), warga RW 05 Kelurahan Cisaranten Kulon, Minggu (12/10).
Hal senada diungkapkan Yudi (36), ketua RW di kawasan Arcamanik. Ia mengaku sudah berupaya mengedukasi warganya soal KBS, namun terbentur keterbatasan fasilitas dan dukungan teknis dari pemerintah.
“Warga mau kok, tapi tanpa fasilitas, semua berhenti di imbauan. Kita juga nggak bisa jalan sendiri. Harus ada pendamping yang rutin turun,” ujarnya.
Ketiadaan pendamping lingkungan menjadi kendala besar. Saat ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung baru memiliki sekitar 30 petugas KBS, jauh dari kebutuhan ideal 1.500 orang jika ingin menempatkan satu pendamping di setiap RW.
Baca Juga:Bandung Kian Dihimpit Sampah, Farhan Dorong Pemilahan dari RW Usai Kuota ke Sarimukti DikurangiKBB Dapat Kelonggaran Kuota, 700 Ton Sampah di TPS Mulai Diangkut ke Sarimukti
Selain persoalan fasilitas, tantangan lain yang menghambat lahirnya kawasan bebas sampah adalah rendahnya kesadaran dan konsistensi warga dalam memilah sampah. Banyak warga yang sebenarnya paham pentingnya pengurangan sampah, namun belum memiliki kebiasaan atau motivasi kuat untuk melakukannya.
Menurut Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan dan Limbah B3 DLH Kota Bandung, Salman Faruq, pembentukan perilaku baru memang tidak bisa instan.
