Janji Penataan Kota Belum Terwujud, Bandung Tetap Ruwet di Usia 215 Tahun

Janji Penataan Kota Belum Terwujud, Kota Bandung Tetap Ruwet di Usia 215 Tahun
Di balik gegap gempita momen Hari Jadi Kota Bandung ke-215, ada ironi yang masih menghantui, julukan kota kembang ini masih berkutat pada tiga masalah klasik yang terus dikeluhkan warga. Yakni: kemacetan, banjir, dan sampah
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Di balik gegap gempita momen Hari Jadi Kota Bandung ke-215, ada ironi yang masih menghantui, julukan kota kembang ini masih berkutat pada tiga masalah klasik yang terus dikeluhkan warga. Yakni: kemacetan, banjir, dan sampah.

Bagi sebagian masyarakat, HJKB seolah menjadi “cermin ganda”. Di satu sisi, menampilkan identitas Bandung sebagai kota kreatif dan kota penuh warna. Di sisi lain, merangkum wajah kota yang kesehariannya masih dipenuhi keluhan warganya soal tata kelola perkotaan.

Kemacetan kini seperti “nadi” keseharian Bandung. Hampir setiap titik pusat aktivitas, mulai dari kawasan Dago, Buahbatu, hingga Antapani, dipenuhi antrean kendaraan.

Baca Juga:Kuota 8 Persen Suporter Timnas Indonesia di Arab Saudi Tak IdealTerungkap! Alasan Mees Hilgers dan Marselino Tak Dipanggil Timnas Indonesia, Ternyata…

Data Dinas Perhubungan Kota Bandung menyebut pertumbuhan kendaraan pribadi di Bandung terus naik sekitar 7–10 persen per tahun, sementara kapasitas jalan nyaris tak bertambah.

“Ketidakseimbangan antara laju pertumbuhan kendaraan dan penambahan kapasitas jalan menjadi faktor utama kemacetan yang terjadi di berbagai ruas jalan kota,” kata Kadishub Kota Bandung, Rasdian.

Hal ini yang kemudian dikeluhkan oleh berbagai lapisan masyarakat terkait carut marut kondisi lalu lintas Kota Bandung. data BPS Jawa Barat dan Dishub Kota bahkan menunjukan bahwa per Juni 2025, jumlah kendaraan di Bandung mencapai 1.543.517 unit.

“Kalau weekend, Bandung macet luar biasa. Mau ke pusat kota bisa dua kali lipat waktu tempuhnya. Kami berharap ada transportasi umum yang benar-benar jadi pilihan, bukan sekadar wacana,” ujar Rahmat (29), pekerja swasta asal Arcamanik.

Diakui Rasdian, pihaknya kini tengah mengebut proses transformasi angkutan publik. mulai dari angkot pintar, hingga rencana LRT/BRT yang sempat didengungkan, namun hingga kini masih menunggu realisasi.

Selain macet, banjir masih menjadi “langganan” saat hujan mengguyur Bandung. Kawasan Gedebage, Cicaheum, Pagarsih, hingga Pasteur kerap menjadi titik rawan genangan. Ironisnya, kondisi ini terus berulang setiap tahun meski proyek normalisasi sungai dan perbaikan drainase telah berkali-kali dilakukan.

Ratna (35), warga Antapani, mengaku sudah lelah dengan situasi tersebut. “Setiap musim hujan kami sudah siap-siap pindahin barang. Pemerintah bilang mau bereskan drainase, tapi realitanya sama saja. Warga butuh bukti nyata.”

0 Komentar