Tim Dospulkam  IPB Ajarkan Ibu-Ibu Desa Sulap Sampah Jadi Pupuk Cair Organik

Dospulkam IPB
Tim Dospulkam IPB bersama Ibu pengajian Majelis Taklim Nurul Hikmah, MT Al Ihsan, Guru Madrasah Jamiatul Huda, Desa Lebakwangi, Kecamatan Arjasari, Bandung.
0 Komentar

BANDUNG – Masalah sampah rumah tangga yang menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) kini menjadi peluang emas bagi ibu-ibu di Desa Lebakwangi, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Melalui pengabdian dosen dan mahasiswa IPB Pulang Kampung yang tergabung dalam tim Dosen Pulang Kampung (Dosplkam) IPB, memberikan pelatihan kepada ibu-ibu dari Majelis Taklim Nurul Hikmah, MT Al Ihsan, dan Guru Madrasah Jamiatul Huda, belajar mengubah sampah rumah tangga menjadi pupuk cair organik yang bernilai ekonomi tinggi.

Kegiatan ini berlangsung di Madrasah Jamiatul Huda, Kp. Kabuyutan RT 3 RW 3, dan diharapkan menjadi solusi nyata untuk mengatasi masalah lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Baca Juga: Angkot Pintar Bandung masih Gagasan MentahGus Ipus: Sekolah Rakyat Sudah Beroperasi di 70 Titik 

Sampah rumah tangga yang tidak terkelola menyebabkan pemandangan kotor, bau menyengat, dan genangan air yang memicu penyakit seperti demam berdarah, disentri, hepatitis A, hingga kolera.

“Sampah harus dikelola dari sumbernya, dan ibu-ibu rumah tangga adalah garda terdepan,” ujar Harry Soehartono, perwakilan tim Dospulkam IPB yang terdiri dari dosen, alumni, dan mahasiswa.

Pelatihan ini mengajarkan cara sederhana mengolah 3 kg sampah rumah tangga menjadi 10 liter pupuk cair dalam waktu 3 minggu dengan bantuan mikroorganisme pengurai, atau 3 bulan hanya dengan molase (gula merah).

Prosesnya mudah, murah, dan tidak menyita waktu, menggunakan alat sederhana seperti botol bekas atau ember tak terpakai.

Min Rahminiwati, salah satu pemateri, membuat para peserta antusias dengan manfaat pelatihan. “Pupuk ini bisa menyuburkan tanaman di pekarangan, kebun, hingga sawah. Bahkan, hasilnya bisa dijual untuk tambahan penghasilan keluarga,” katanya.

Pupuk cair organik ini mendukung produktivitas pertanian, berkontribusi pada ketahanan pangan, dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.

Aryani Sismin Satyaningtijas menambahkan, mengubah sampah menjadi produk bernilai membutuhkan keuletan untuk membentuk kebiasaan baru. “Ini langkah kecil, tapi bisa jadi ‘emas’ untuk masa depan keluarga dan lingkungan,” ungkap Aryani.

Baca Juga:Milad ke-22 BFC Diisi dengan Kajian Inspiratif, Edwin Senjaya: Bersyukur dan Terus Berbagi Manfaat untuk MasyaSUN dan Sampoerna Apresiasi UMKM Karawang di Ngariung 2025

Risa Tiuria, Dosen IPB, menegaskan nilai spiritual dari kegiatan ini. “Kebersihan adalah bagian dari iman. Dengan mengelola sampah, kami mewujudkan lingkungan sehat untuk anak cucu,” tuturnya.

0 Komentar