JABAR EKSPRES – Meningkatnya jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia belum mampu menekan angka pengangguran, terutama di kalangan lulusan baru.
Alih-alih menjadi solusi, kehadiran SMK justru dinilai belum selaras dengan kebutuhan dunia industri dan kemampuan pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja.
Pengamat Pendidikan asal Bandung, Dr. Jamisten Situmorang, menilai pendirian SMK selama ini lebih didorong oleh semangat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan, namun hal itu tanpa disertai perencanaan yang matang terkait kebutuhan tenaga kerja.
Baca Juga:Yaris Terbalik di Rajawali Barat Usai Tabrak Motor dan Mobil, Ini Kata WargaLLDIKTI IV dan Unjani Kerja Sama Fasilitasi Dosen Tingkatkan Kualitas Publikasi Ilmiah
“Pendirian SMK ini sepertinya hanya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan murid baru, tanpa memperhitungkan lapangan kerja atau kemampuan ekonomi pemerintah untuk menyerap mereka,” ujar Jamisten saat dikonfirmasi, Senin (28/7/2025).
Menurutnya, ketidakseimbangan antara jumlah lulusan SMK dengan ketersediaan lapangan pekerjaan turut membuat pertumbuhan ekonomi stagnan. Kondisi ekonomi saat ini juga membuat industri tidak mudah menyerap tenaga kerja baru.
Sebagai solusi, Jamisten mendorong agar pendidikan di SMK tak hanya fokus pada keahlian teknis sesuai jurusan, melainkan juga dibekali dengan keterampilan kewirausahaan (entrepreneurship).
“Lulusan SMK jangan hanya dibekali keahlian jurusan semata, tapi juga perlu diberikan keterampilan kewirausahaan. Itu bisa meningkatkan kemampuan mereka agar tidak hanya bergantung pada industri atau pemerintah,” jelasnya.
Ia menambahkan, di era digital saat ini, lulusan SMK harus bisa lebih mandiri dan mampu melihat peluang usaha di daerah masing-masing.
Selain itu, Jamisten juga menyoroti pola pikir orang tua yang masih menganggap SMK sebagai jalur cepat menuju dunia kerja. Padahal, menurutnya, lulusan SMK idealnya tidak hanya menjadi karyawan, tetapi juga bisa menjadi pelaku usaha.
“Pola pikir masyarakat seperti ini memang tidak mudah diubah, tapi paling tidak kita bisa mulai dari mindset anak-anaknya,” tegasnya.
Baca Juga:3 Bom Waktu di Bandung Barat, PR Berat Menanti Jeje–AsepLedakan Coffee Shop di Cimahi Dongkrak Peluang Kerja, Pemkot Siapkan SDM Barista Bersertifikat BNSP
Dia juga menekankan pentingnya peran kepala sekolah SMK dalam mempersiapkan dan memasarkan lulusan.
“Kepala sekolah, harus mampu membangun strategi pemasaran lulusan secara terstruktur, sistematis, dan berbasis kebutuhan dunia kerja,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Bandung Barat, Hasanudin, menegaskan bahwa persoalan ketenagakerjaan tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Diperlukan sinergi antara pemerintah, dunia pendidikan, dan sektor industri untuk mengurai kompleksitas permasalahan tersebut.
