JABAR ESKPRES – Negara ini tampaknya sangat padat dengan atribut keagamaan. Di mana-mana terdapat tokoh panutan yang mengaku paling benar dan paling suci. Negara ini mengklaim diri sebagai bangsa religius, setiap sudut jalan dipenuhi dengan gereja, spanduk berisi kutipan khotbah, serta slogan-slogan surgawi yang sudah menjadi hiasan wajib di ruang publik. Namun, di balik semua tampilan tersebut, realitas yang terjadi sangat kontras, korupsi tetap merajalela seolah tanpa kendali.
Tahun demi tahun, bahkan hampir setiap bulan, berita tentang pejabat yang tersangkut kasus korupsi terus bermunculan. Fenomena ini mencerminkan betapa kecilnya jumlah pejabat yang benar-benar jujur, seolah hanya “nol koma nol persen”. Jika Anda butuh contoh, lihatlah kasus dana haji yang seharusnya digunakan untuk keperluan ibadah. Ironisnya, dana tersebut malah dijadikan celengan pribadi oleh orang-orang yang mengklaim diri sebagai wakil Tuhan.
Ada pula kantor-kantor penyelenggara umrah yang mengusung citra religius, dengan logo berhiaskan simbol keagamaan. Namun pada kenyataannya, sebagian dari mereka hanyalah penipu besar yang menggelapkan dana masyarakat hingga miliaran rupiah. Lebih menyedihkan lagi, bahkan kitab suci yang paling dihormati pun ikut terseret dalam medan korupsi. Apakah orang-orang ini masih bisa disebut waras?
Baca Juga:Gudang Garam Terancam Bangkrut, Ancaman Rokok Ilegal dan Vape Makin NyataAplikasi AMV Mengklaim Legal dan Punya Kantor Tapi Penghasil Uang Skema Ponzi
Sesungguhnya, moralitas seseorang tidak ditentukan oleh seberapa khusyuk ia beribadah, melainkan oleh bagaimana ia berperilaku. Untuk jujur, saya tidak menutup mata bahwa kasus korupsi juga melibatkan pejabat dari kelompok minoritas. Namun, yang patut disorot adalah bagaimana negara ini tampak sibuk membangun citra religius di mata dunia luar, padahal di dalamnya rapuh seperti kayu lapuk yang dimakan rayap, keropos dan menjijikkan.
Bentuk Penyimpangan Umat Beragama di Indonesia
Berikut adalah beberapa kasus penyimpangan kelompok beragama yang merugikan masyarakat Indonesia.
Tokoh Agama Palsu
Beberapa tokoh agama yang tampil di depan publik dengan khotbah lembut dan senyum penuh kasih ternyata menyimpan sisi gelap. Mulut mereka manis, tetapi tangan dan perilakunya adalah predator.
Khotbah mereka bahkan kadang disisipi cerita cabul, namun pengikutnya hanya tersenyum seolah tak menyadari bahwa itu merupakan bentuk penyimpangan moral. Banyak yang menyamar sebagai guru spiritual, tetapi tujuan sebenarnya adalah anak-anak yang mereka asuh. Jalannya terlihat mulus, namun praktiknya penuh kebusukan.
