- Risiko Geopolitik dan Kenaikan Harga Komoditas
Seperti yang diketahui, saat ini konflik antara Israel dan Iran telah memasuki hari ketiga. Pada hari pertama pecahnya konflik, harga minyak dunia melonjak lebih dari 8%. Harga minyak jenis Brent yang sebelumnya berada di kisaran USD 70 per barel, bahkan sempat turun di bawah itu, kini melonjak hingga menyentuh USD 78 per barel sebelum akhirnya terkoreksi menjadi sekitar USD 75 per barel.
Kondisi geopolitik yang tegang dan memburuk telah memicu ketidakpastian global, terutama di sektor komoditas dan rantai pasok (supply chain). Ketegangan ini mendorong kenaikan harga komoditas, termasuk minyak, yang pada akhirnya akan berdampak pada naiknya inflasi.
- Risiko Pelemahan Ekonomi Global
Selain tekanan harga akibat konflik, ketidakpastian global juga berdampak langsung pada perlambatan ekonomi dunia. Artinya, kita menghadapi kombinasi yang berbahaya:
Baca Juga:Detik-Detik Evakuasi Juliana Marins, Pendaki Brasil yang Tewas di Rinjani7 Barang Antik Termahal di Indonesia Harganya Fantastis Cocok untuk Investasi
- Di satu sisi, harga-harga naik akibat disrupsi geopolitik dan keamanan.
- Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi melambat akibat ketidakpastian global.
Kombinasi ini dapat memicu tekanan inflasi di tengah ekonomi yang melemah, yang sangat berisiko bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Kami hanya ingin mengingatkan bahwa di situasi sekarang, sebaiknya kita tidak hidup terlalu royal. Jika sudah memiliki pakaian, tidak perlu membeli yang baru. Jika sudah memiliki sepatu, tidak perlu menambah koleksi. Begitu juga dengan ponsel, selama masih berfungsi dengan baik, tidak perlu memaksakan diri untuk membeli yang terbaru.
Lebih baik, uang yang dimiliki ditabung atau disimpan dalam bentuk investasi yang relatif aman, seperti emas. Jika tidak, seperti yang disampaikan oleh Mongol lewat video yang diposting oleh Bongol, dalam seminggu ke depan, jika tidak ada kebutuhan yang benar-benar penting, sebaiknya hindari belanja. Karena kemungkinan besar kita akan menghadapi krisis keuangan yang cukup serius.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Asosiasi Pendanaan Indonesia (API) yang menegaskan bahwa fokus negara saat ini bukan hanya pada ancaman global seperti perang, tetapi juga pada persoalan gagal bayar (default) yang semakin banyak terjadi.
