JABAR EKSPRES – Nilai tukar rupiah terhadap dolar per 30 Mei 2025, menunjukkan tren pelemahan. Tekanan terhadap mata uang Garuda terlihat dari pergerakan kurs di pasar spot dan non-deliverable forward (NDF) yang menunjukkan penguatan dolar AS secara konsisten sepanjang pekan ini.
Berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai sumber, kurs dolar AS di pasar NDF sempat menyentuh level Rp16.300 per dolar pada pagi hari. Sementara itu, situs kurs.dollar.web.id mencatat kurs tengah dolar AS berada di angka Rp16.296. Adapun kurs jual tercatat sebesar Rp16.703 dan kurs beli berada di level Rp15.889.
Salah satu bank nasional, Bank BRI, juga mencatat pergerakan yang sejalan. Pada pembaruan terakhir hari ini, kurs beli dolar AS di Bank BRI tercatat sebesar Rp16.405, sedangkan kurs jualnya sedikit lebih tinggi di angka Rp16.434.
Baca Juga:Pengadilan Izinkan Trump Lanjutkan Kebijakan Tarif Sementara8 Minuman Alami Pelancar Haid yang Bisa Dicoba di Rumah
Pergerakan Nilai Tukar Dolar AS Sepanjang Pekan
Pelemahan rupiah terhadap dolar AS sebenarnya sudah terlihat sejak awal pekan. Pada penutupan perdagangan resmi hari Rabu (28/5/2025), rupiah berada di level Rp16.285 per dolar AS. Angka ini mencerminkan penurunan sekitar 0,09% dibandingkan hari sebelumnya.
Berdasarkan data historis selama lima hari terakhir, kurs dolar AS sempat mencapai titik tertingginya di level Rp16.357 pada 29 Mei 2025. Adapun posisi terendah tercatat pada 26 Mei 2025, saat dolar berada di level Rp16.176.
Pola ini memperkuat sinyal bahwa tekanan terhadap nilai tukar rupiah bersifat struktural dan dipengaruhi oleh dinamika global, terutama perkembangan ekonomi di Amerika Serikat.
Sentimen Global Jadi Faktor Utama
Menurut para analis pasar, pelemahan rupiah kali ini didorong oleh sentimen eksternal yang belum kondusif bagi penguatan mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia. Data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat menunjukkan penguatan di beberapa sektor, termasuk tenaga kerja dan sektor manufaktur. Hal ini membuat investor global kembali melirik dolar AS sebagai aset yang lebih aman dan likuid.
Kondisi ini kemudian berdampak langsung pada permintaan dolar AS di pasar global, termasuk di pasar Indonesia. Meningkatnya permintaan terhadap dolar menyebabkan tekanan jual terhadap rupiah, yang akhirnya membuat kurs rupiah melemah.
