JABAR EKSPERS – Polsek Pameungpeuk, Polresta Bandung terus menunjukkan komitmen nyata dalam membantu masyarakat melalui program sosial bertajuk “Ngencleng”. Program ini dilakukan secara rutin setiap apel pagi dari hari Selasa hingga Jumat dan telah berjalan selama lebih dari satu tahun.
Program “Ngencleng” adalah kegiatan pengumpulan dana secara sukarela oleh anggota kepolisian dengan cara unik: menggunakan kaleng bekas kue sebagai wadah sumbangan.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Kapolsek Pameungpeuk, AKP Asep Dedi, sejak dirinya mulai bertugas di wilayah tersebut.
Baca Juga:Dilema Xabi Alonso, Lima Bintang Madrid di Ambang Pintu Keluar?Sempurnakan Misi dan Rayakan Gelar di Kandang, Persib Siap Habisi Persis di Laga Terakhir!
“Awalnya hanya Jumat, tapi sekarang dilakukan Selasa hingga Jumat,” ujar Asep Dedi di Mapolsek Pameungpeuk, Selasa (20/5/2025).
Asep mengatakan bahwa kegiatan ini bersifat sukarela. Meski begitu, setiap harinya selalu terkumpul dana antara Rp200.000 hingga Rp300.000.
Adapun uang hasil program ini telah digunakan untuk berbagai kegiatan sosial, terutama renovasi Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) dan membantu korban tindak kejahatan.
“Sudah 11 rumah warga di Kecamatan Pameungpeuk dan Arjasari yang direnovasi dari dana kencleng ini. Bahkan pernah digunakan untuk mengganti sepeda motor korban penipuan dan penggelapan,” jelasnya.
Asep menyampaikan, selain anggota Polsek, warga juga ikut berpartisipasi dalam program ini melalui koordinasi dengan para Bhabinkamtibmas di masing-masing desa.
Bulan Mei ini, dana hasil “ngencleng” direncanakan akan digunakan untuk merenovasi Rutilahu ke-12 di Desa Mangunjaya.
“Sejak dua bulan lalu kami sudah survei rumahnya, dan minggu depan akan dicek kembali untuk kebutuhan pembangunan,” ucap Asep.
Baca Juga:Cuaca Ekstrem Ancam Sumedang, Guyuran Hujan Disertai Petir dan Angin Kencang Berpotensi Timbulkan BencanaResmi! Saddil Ramdani Gabung Persib Bandung, Sepaket dengan Saudaranya
Meski difokuskan pada program Rutilahu, Asep menyebut dana ini juga bisa dialokasikan untuk kebutuhan darurat masyarakat.
“Kalau ada sesuatu yang sifatnya urgen, hasil kencleng bisa digunakan meski tidak seluruhnya,” tutupnya.