Ia mengatakan bahwa pacarnya merendahkan dirinya hanya karena ia mengajak split bill saat mereka pergi bersama. Pacarnya menyebut dia sebagai pria yang tidak modal atau ingin hidup bergantung (mau kondo). Menurut standar pacarnya, jika seorang pria tidak membayar seluruh biaya saat berkencan, maka ia bukan pria yang layak.
Serius, siapa sebenarnya yang membuat aturan bahwa laki-laki harus membayar semua biaya saat berkencan? Lebih parah lagi, hanya karena mengajak split bill—padahal belum menjadi suami istri—langsung dicap sebagai “mau kondo.”
Yang membuat ini semakin mengkhawatirkan adalah pernyataan-pernyataan semacam itu sangat mudah viral di TikTok. Konten semacam ini memang mudah dibuat, memancing komentar, dan akhirnya ditonton jutaan kali. Dari situlah doktrin-doktrin baru terbentuk dan perlahan-lahan masuk ke dalam pola pikir banyak orang, lalu menjadi standar baru dalam kehidupan mereka.
Baca Juga:Investasi Emas vs Bitcoin, Mana yang Paling Menguntungkan Saat Ini?Tidak Mungkin Beli Mobil Baru Harga di Bawah Rp100 Juta Saat Ini, Pahami Dulu Skema Inflasi
Tanpa disadari, ekspektasi terhadap pasangan menjadi tidak realistis. Akibatnya, hubungan bisa rusak hanya karena terpengaruh oleh standar-standar tidak logis dari TikTok. Kami yakin Anda pun pasti sering menemukan konten-konten yang menetapkan standar hubungan yang tak masuk akal seperti ini.
- Rusaknya Kebahagiaan
Kami ingin bertanya: menurut Anda, apa hal sederhana yang bisa membuat Anda bahagia? Kalau menurut kami, jawabannya adalah rasa syukur. Bersyukur berarti merasa cukup dan damai dengan apa yang dimiliki saat ini.
Coba ingat kembali—mungkin dulu Anda lebih mudah merasa bahagia sebelum mengenal TikTok, karena saat itu hidup terasa baik-baik saja. Kalaupun ada kekurangan, hal tersebut tidak terlalu memengaruhi suasana hati.
Namun kini, setelah terbiasa scrolling TikTok, banyak orang mulai kehilangan rasa syukur. Terlalu sering melihat orang lain tinggal di rumah mewah, mengendarai mobil sport, atau berlibur ke luar negeri, perlahan-lahan mulai menimbulkan perasaan, “Mengapa hidup kami tidak seperti mereka?”
Karena otak kita sudah terbiasa membandingkan, rasa bahagia dengan kehidupan yang kita miliki pun perlahan tergantikan oleh rasa iri, cemas, dan ketidakpuasan. Padahal manusia secara alami memang gemar membandingkan diri dengan orang lain. TikTok akhirnya bukan hanya mencuri waktu, tapi juga mencuri rasa bahagia Anda.
