JABAR EKSPRES – Kita semua tahu bahwa kualitas bahan bakar minyak (BBM) di luar negeri, terutama Petronas dari Malaysia, sudah terbukti terjamin. Petronas jelas lebih unggul dalam berbagai aspek jika dibandingkan dengan bahan bakar milik Pertamina. Bahan bakar mereka lebih bersih, lebih akurat, dan memiliki kualitas yang lebih konsisten.
Hal yang menarik adalah, meskipun kualitasnya lebih baik, harga bahan bakar Petronas justru lebih murah. Ini menimbulkan pertanyaan: bagaimana mungkin bahan bakar dengan kualitas tinggi dijual dengan harga yang lebih terjangkau? Mengapa di Indonesia, bahan bakar yang kualitasnya biasa saja—bahkan cenderung buruk—justru lebih mahal?
Jika kita membahas perekonomian, Malaysia pun secara umum lebih maju dibandingkan Indonesia. Upah minimum regional (UMR) mereka lebih tinggi, namun harga bahan bakar di sana tetap lebih murah. Rasanya ini seperti bertentangan dengan logika ekonomi pada umumnya—seolah-olah menentang hukum alam semesta.
Pertama-tama, kita perlu memahami bagaimana kondisi produksi minyak mentah di kedua negara. Indonesia sebenarnya memiliki cadangan minyak mentah yang lebih besar dibandingkan Malaysia. Namun, sejak tahun 1995, produksi minyak Indonesia terus mengalami penurunan karena berbagai faktor, seperti turunnya investasi di sektor eksplorasi, birokrasi yang rumit, serta keterbatasan teknologi.
Di sisi lain, meskipun cadangan minyak Malaysia lebih kecil, mereka mampu mengelola sumber daya tersebut secara efisien melalui perusahaan nasional mereka, yaitu Petronas. Petronas merupakan salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar dan paling dihormati di dunia.
Yang menarik, Petronas beroperasi secara mandiri sebagai perusahaan nasional, dan yang lebih mengejutkan—perusahaan ini hampir selalu mencetak keuntungan. Keuntungan tersebut kemudian digunakan secara langsung untuk mensubsidi harga bahan bakar di dalam negeri. Dengan adanya subsidi langsung dari Petronas, harga BBM di Malaysia dapat ditekan dan disesuaikan dengan perkembangan ekonomi negara mereka.
Hal ini sangat berbeda dengan kondisi di Indonesia. Di Indonesia, peran perusahaan minyak nasional, yaitu Pertamina, sangat berbeda dengan Petronas. Apa maksudnya?
Meskipun Pertamina juga mengelola sektor minyak dan gas, sistem keuangannya tidak sefleksibel Petronas. Faktanya, pendapatan negara dari sektor minyak di Indonesia lebih banyak dialokasikan untuk kebutuhan lain, seperti pembangunan infrastruktur dan pembayaran utang negara. Dengan kata lain, pemerintah sudah memiliki banyak tanggungan sehingga tidak memiliki ruang fiskal untuk memberikan subsidi langsung kepada masyarakat.