JABAR EKSPRES– Investasi besar-besaran dari LG yang sempat bikin heboh tanah air ternyata batal dilanjutkan.
Proyek bernilai fantastis senilai Rp130 triliun yang sebelumnya telah disepakati sejak akhir tahun 2020 itu resmi dibatalkan oleh raksasa teknologi asal Korea Selatan tersebut.
Baca juga : Tabungan Emas Diprediksi Naik 10 Kali Lipat di Akhir April 2025
Padahal, proyek ini adalah bagian dari pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) dan LG Energy Solution ditunjuk sebagai pemimpin konsorsiumnya.
Timbul pertanyaan, kenapa sih LG memutuskan untuk mundur dari investasi sebesar itu?
Menurut laporan media Korea Selatan, Yonhap News, ternyata ada dua alasan utama yang jadi penyebab langkah mundur ini.
Pertama adalah kondisi pasar yang saat ini sedang tidak menentu, dan kedua adalah tantangan dari lingkungan investasi yang dinilai kurang kondusif.
LG menyampaikan bahwa mereka sudah mempertimbangkan semua aspek tersebut sebelum akhirnya memutuskan untuk menarik diri dari proyek ini.
“Kami sudah memikirkan situasi pasar dan iklim investasi saat ini, dan berdasarkan hal itu kami memilih untuk tidak melanjutkan proyek,” ujar salah satu pejabat dari LG Energy Solution, dikutip pada Minggu (20/4).
Konsorsium yang memutuskan keluar ini bukan hanya LG Energy Solution. Ada juga LG Chem, LX International Corp, dan beberapa mitra lainnya.
Mereka semua sepakat untuk menarik diri dari mega proyek pembangunan rantai pasok baterai EV di Indonesia yang tadinya bernilai sekitar 11 triliun won, atau kalau dikonversi ke rupiah dengan kurs Rp11.826 per won, totalnya mencapai Rp130 triliun.
Mereka tetap berkomitmen untuk melanjutkan proyek lain yang sudah berjalan, salah satunya adalah pembangunan pabrik baterai lewat kerja sama dengan Hyundai.
Proyek yang dimaksud adalah Hyundai LG Indonesia Green Power (HLI Green Power), sebuah perusahaan patungan yang bergerak di bidang produksi baterai kendaraan listrik.
Soal keputusan mundur ini, pihak LG dan konsorsium mengaku sudah lebih dulu berdiskusi dengan pemerintah Indonesia.
Sayangnya, mereka tidak menyebutkan secara spesifik siapa pihak pemerintah yang diajak bicara, atau bagaimana hasil pertemuan tersebut.