JABAR EKSPRES – Fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang marak akhir-akhir ini menjadi sorotan, namun demikian Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut industri manufaktur Indonesia secara umum menunjukkan perbaikan. Itu disampaikan Menkeu dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi Maret 2025 di Jakarta, Kamis (13/3).
“Ada terjadi PHK, tapi data kami menunjukkan untuk tekstil dan produk tekstil (TPT) dan alas kaki itu ekspor dan pertumbuhannya naik,” ujarnya, dikutip Jumat (14/3).
Kemudian, kata dia, sejumlah industri di Indonesia mencatat pertumbuhan ekspor pada Januari 2025, meskipun mengalami disrupsi global. Industri itu di antaranya elektronik (20,5 persen), olahan mikro (47,2 persen), tembaga (4,6 persen), alas kaki (17 persen) dan TPT (3,8 persen).
“TPT memang rendah, tapi itu positif di 3 persen, bahkan mau mendekati 4 persen,” kata dia.
BACA JUGA:Imbas 159 Buruh PT Bapintri Terkena PHK, Pemkot Cimahi Upayakan Kesepakatan
Sementara itu, pada kinerja tahun 2024, beberapa insdustri terpantau mengalami peningkatan signifikan, seperti industri makanan dan minuman (5,9 persen), industri kimia (5,9 persen), elektronik (6,2 persen), logam dasar (13,3 persen), TPT (4,3 persen) dan alas kaki (6,8 persen).
Adapun untuk TPT dan alas kaki, kinerja pertumbuhan di tahun tersebut berbanding terbalik dengan sebelumnya yang tumbuh negatif.
Lebih dari itu, Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia mencapai level tertinggi setelah India pada Februari 2025, yakni 53,6 persen.
Bila dirinci, indeks komponen PMI manufaktur Indonesia sebagian besar berada pada zona ekspansi, mencakup hasil produksi 54,4; total permintaan 54,8; tenaga kerja 53; stok barang jadi 51,7; dan stok input produksi 54,1. Hanya komponen ekspor yang berada di zona kontraksi dengan level 49,4.
BACA JUGA:Mediasi Berjalan, Disnaker Cimahi Upayakan Solusi untuk Buruh Korban PHK PT Bapintri
Melihat angka pertumbuhan yang cukup signifikan tersebut, Sri Mulyani meyakini hal itu sebagai gambaran produksi dan aktivitas manufaktur menunjukan kekuatan hingga peningkatan.
“Ini landasan optimisme kita yang harus terus kita jaga. Ini merupakan sesuatu yang positif, yang tentunya perlu untuk kita jaga bersama-sama. Dengan kinerja manufaktur yang bagus, ketahanan sektor eksternal kita juga cukup terjaga baik,” tuturnya.
Sebelumnya, gelombang PHK di sektor manufaktur mewarnai awal pemerintahan Prabowo Subianto. Alasannya beragam, dari serbuan produk impor di pasar dalam negeri hingga berkurangnya pesanan di pasar global.