“Kalau sudah lewat Maghrib, hati saya was-was. Khawatir ada kejadian buruk, saya selalu pesan lewat WhatsApp, hati-hati di jalan,” ujar Siti dengan penuh kekhawatiran.
Dalam kesehariannya, Huda juga tidak mengabaikan kewajiban sekolahnya. Siti menjelaskan, Huda selalu menyelesaikan tugas sekolah terlebih dahulu sebelum melanjutkan bekerja.
“Kalau pulang sekolah, dia bilang mau ngerjain tugas dulu, setelah itu baru narik ojol,” katanya.
Harapan terbesar Siti untuk Huda adalah agar perjuangannya bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak muda di lingkungan sekitar.
“Saya harap apa yang dilakukan Huda bisa jadi motivasi untuk anak-anak di sekitar sini, seperti anak-anak karang taruna di RW 04. Mereka salut dan ingin mengikuti jejak Huda,” ujar Siti, bangga dengan anaknya.
BACA JUGA: Kegigihan Muhammad Nur Huda, Siswa SMKN 1 Cimahi yang Nyambi Jadi Ojol Demi Bantu Ekonomi Orang Tua
Meski penuh perjuangan, Siti merasa terharu dan bangga dengan Huda yang telah berusaha keras untuk meringankan beban keluarga. Dengan tekad yang bulat dan semangat yang tak kenal lelah, Huda menjadi sosok inspiratif bagi banyak orang di sekitarnya.
Meskipun penghasilan sebagai ojol tidak menentu, Huda tetap bertekad untuk membantu orang tuanya. Ia menuturkan, terkadang penghasilan yang didapat bisa bervariasi, misalnya pada satu hari ia bisa mendapatkan 100 ribu, namun besok hanya 50 ribu.
“Penghasilan nggak tentu, karena tergantung juga pada banyaknya peminat. Kadang dapat 100 ribu, kadang hanya 50 ribu,” ujar Huda.
Huda, yang sempat ragu untuk menjadi ojol karena belum memiliki SIM, akhirnya memberanikan diri setelah mengumpulkan sedikit uang untuk membuat SIM dan membeli sepeda motor.
“Awalnya saya lihat teman-teman punya akun ojol. Saya pikir, kenapa nggak coba aja? Saya kumpulin uang sedikit untuk bikin SIM dan beli motor,” ungkapnya.
Setelah itu, Huda bekerja setiap hari. Pada hari sekolah, setelah pulang pada jam 3 sore, ia langsung melanjutkan pekerjaan sebagai ojol hingga larut malam, bahkan seringkali sampai pukul 12 malam.
“Kalau malam, saya sering ditelepon ibu. Biasanya saat itu saya sedang jauh, misalnya di Parongpong atau Banjaran, nganter barang atau paket,” kata Huda, mengenang kebiasaan yang sudah menjadi rutinitasnya.