BANDUNG – Sekolah Ilmu Tinggi dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali melaksanakan pameran atau Expo Bioinformatics di tahun 2025 ini. Sebelumnya, pameran yang sama dilaksanakan pada 2024 tahun lalu.
Bioinformatics Expo 2025 merupakan sebuah pameran karya mahasiswa program studi S1 Biologi, S1 Mikrobiologi, S2 Biologi, dan S2 Bioteknologi berbasis riset kepada masyarakat, yang diselenggarakan di Aula Timur ITB Kampus Ganesha, Selasa, 14 Januari 2025.
Pameran tersebut diselenggarakan untuk memperkenalkan karya inovatif hasil penelitian kecil mahasiswa SITH dengan tema yang beragam untuk dapat memperkenalkan keterampilan dan kemampuan untuk menggunakan keilmuan Bioinformatika dalam menyelesaikan permasalahan bidang kesehatan, pertanian, lingkungan dan keanekaragaman hayati sehingga dapat menarik minat dan memberikan gambaran kepada masyarakat umum.
Mengusung tema “Unlocking Biological Insights through Bioinformatics: Bridging Research and Innovation”, acara itu terdiri dari beberapa kegiatan. Yaitu, pertama pameran hasil penelitian kecil mahasiswa, kedua kuliah tamu, ketiga one minute presentation penelitian kecil mahasiswa, dan keempat seminar pengenalan program internship mahasiswa SITH ITB dengan Beijing Genome Institute (BGI).
Pameran penelitian kecil mahasiswa terdiri dari 48 topik yang menawarkan penyelesaian masalah dalam bidang kesehatan (vaksin, terapeutik, diagnostik), pertanian (varietas unggul tanaman) dan lingkungan (bioremediasi, penanganan limbah plastik) di berbagai program studi di SITH menggunakan keilmuan bioinformatika untuk menambang data genom. Topik tersebut juga dipaparkan secara singkat dalam bentuk flash one-minute presentation untuk memberikan gambaran pada audiens dari masing-masing hasil penelitian.
Seminar bersama pembicara tamu Dr Adi Pancoro membahas bagaimana bioinformatika berperan dalam memahami biologi sistem dalam makhluk hidup, sehingga ketika kita memahami bagaimana molekul-molekul tersebut berinteraksi dalam sel dan tubuh makhluk hidup, maka kita dapat melakukan rekayasa biosistem atau mendesain suatu molekul baru yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Selain itu, pembicara tamu Dr Satria A Kautsar membahas potensi produk bahan alam yang berasal dari mikroorganisme, mulai dari penemuan antibiotik dan anti mikroba lainnya. Selanjutnya, pemanfaatan big data genom juga memungkinkan penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) yang dapat melakukan prediksi sekuens dan struktur baru. Tentunya, tantangan masa depan adalah para peneliti bisa terus melakukan kurasi kultur mikroorganisme dan validasi hasil komputasi dengan eksperimen.