JABAR EKSPRES – Pengemudi kendaraan truk kerap dijadikan sebagai aktor utama setiap terjadi kecelakaan lalu lintas, meski faktor alias penyebabnya masih dalam penyidikan Polisi.
Di sisi lain, kesejahteraan serta minimnya upah yang diterima para pengemudi truk, sampai sekarang masih belum diperhatikan secara serius oleh pemerintah.
Pengamat Transportasi Publik sekaligus Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno mengatakan, kondisi pengemudi truk cukup ironis.
Bagaimana tidak, upah dan kesejahteraan pengemudi truk yang minim perhatian pemerintah, terpaksa berhadapan dengan risiko pekerjaan yang besar, bahkan dengan aktivitas seharian di perjalanan cukup mengancam nyawa, belum lagi saat baru menaiki kendaraan mereka seolah langsung menjadi calon tersangka, apabila tak terduga terjadi kecelakaan lalu lintas.
BACA JUGA:Kasus Kriminal Paling Menonjol di Ciamis: Ungkap Judi hingga Rp350 Miliar
“Angka kecelakaan truk barang menduduki peringkat kedua. Penghasilan rata-rata pengemudi truk di bawah upah minimal di daerah,” kata Djoko kepada Jabar Ekspres, Senin (30/12).
Menurutnya, kurang perhatiannya pemerintah pada kesejahteraan pengemudi, suatu saat akan menjadi bom waktu yang merugikan kita semua.
Hal itu dikarenakan sekarang banyak pengemudi truk yang beralih pekerjaan, sehingga jumlah pengemudi mengalami penurunan.
“Sementara pejabat negeri ini masih tidak peduli dengan kompentensi dan kesejahteraan pengemudi angkutan umum,” bebernya.
BACA JUGA:Kawasan Wisata Lembang Rawan Pungli, Ini Kata Disparbud Bandung Barat
Djoko mengungkapkan, dari penyampaian seorang pengemudi truk, risiko pekerjaan yang dilakoninya terbilang berat. Sebab, ketika ada pemeriksaan kendaraan Over Dimension Over Loading (ODOL), alias kendaraan yang memiliki dimensi atau muatan yang melebihi batas yang ditetapkan, para pengemudi truk selalu kena razia di jalan.
Dalam hal ini, perusahaan jasa pengangkutan barang biasanya memasang tarif semurah mungkin. Hal itu dilakukan supaya mereka bisa tetap mendapat muatan di tengah ketatnya persaingan di pasar.
Biaya operasional ditekan melalui berbagai upaya, termasuk mengangkut sejumlah barang sekaligus dalam satu perjalanan. Ironisnya, risiko besar yang mengintai para pengemudi truk di jalanan tidak sebanding dengan upah yang mereka terima.