JABAR EKSPRES – Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin tekankan tiga fokus utama yang harus dilakukan jajarannya dan para pemangku kepentingan terkait upaya penanggulangan bencana banjir bandar dan tanah longsor di Kabupaten Sukabumi.
‘’pertama fokus pada evakuasi warga, kemudian fokus pada akses yang terputus oleh longsor, karena ada beberap jembatan dan jalan yang putus,’’ kata Bey dikutip dari ANTARA, Jumat (6/12).
Kemudian, fokus ketiga Bey mengatakan penyaluran bantuan dan logistic ke daerah terisolir akibat putusnya akses. Daerah terisolir tersebut akan dilakukan melalui jalur laut.
BACA JUGA: Cara Membuat Spotify Wrapped 2024, Mudah dan Bisa Langsung Dibagikan ke Media Sosial
‘’Untuk akses yang terputus lewat kapal, bisa dilakukan,’’ ujarnya.
Bey juga menjelaskan Pemprov Jabar bersama BNPB sepakat mendirikan posko utama penanggulangan bencana di Pelabuanratu sebagai ibu kota Kabupaten Sukabumi.
‘’Kami belajar dari pengalaman sebelumnya, harus ada posko utama. Agar semua bantuan terkoordinasi, tadi saran Deputi BNPB, jadi semua terkontrol dengan baik,’’ tuturnya.
BACA JUGA: Disbudparpora Optimistis Kampung Adat Cireundeu Jadi Wisata Unggulan Berbasis Ketahanan Pangan
Bey memastikan banjir bandang sudah tidak ada susulan, namun keselamatan warga tetap harus diutamakan.
Sehingga, saat ini warga diminta untuk tetap tinggal di pengungsian sambal menunggu hasil kajian PVMBG terkait lokasi pergerakan tanah di Cikembar.
‘’Apakah lokasi itu sudah layak dihuni, kalau tidak layak harus direlokasi,’’ujarnya.
BACA JUGA: Begini Cara Gigi Berlubang Bisa Jadi Penyakit Jantung, Ayo Mulai Waspada
Bey juga menyebutkan bahwa saat ini sedang dikaji apakah diperlakukan status tanggap darurat atau tidak. Jika ditetapkan tanggap darurat, ada regulasi yang mengatur penggantian kerusakan bangunan warga.
‘’Kalau (ditetapkan) tanggap darurat, sesuai aturan BNPB, yang rusak berat diganti Rp50 juta, sedang Rp30 juta, rusak ringan Rp10 juta, dengan melewati proses asesmen,’’ tutur Bey.
Bey juga meminta Bupati Sukabumi Marwan Hamami untuk lebih massif lagi mengingatkan warganya, terutama yang tinggal di bantaran sungai untuk tetap waspada. Mengingat saat ini telah terjadi pergeseran puncak musim hujan yang intensitas tingginya akan terjadi pada Januari 2025.