Info Terbaru Dolar Naik Tajam Rupiah Terpuruk, Krisis Moneter Jilid 2?

JABAR EKSPRES – Pergerakan nilai tukar mata uang kembali menjadi sorotan publik. Kali ini, nilai dolar Amerika Serikat (USD) terus merangkak naik, sementara rupiah berada di posisi terendah dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran akan stabilitas ekonomi Indonesia, mengingat dampaknya yang begitu luas terhadap berbagai sektor.

Dilansir dari kanal YouTube Kamar JERI pada Kamis, 5 Desember 2024, nilai tukar dolar terhadap rupiah terus menanjak sejak awal tahun. Bahkan, angkanya hampir menyentuh Rp16.000 per 1 USD, mendekati rekor masa krisis moneter 1997-1998 ketika rupiah terperosok hingga Rp16.800 per 1 USD.

Krisis moneter yang melanda Indonesia pada akhir 1990-an masih menjadi momok bagi sebagian besar masyarakat. Kala itu, inflasi meroket, daya beli masyarakat merosot tajam, dan perekonomian memasuki masa resesi panjang. Namun, di tengah badai tersebut, Presiden BJ Habibie muncul sebagai tokoh yang berhasil membawa Indonesia keluar dari krisis.

Habibie menerapkan sejumlah kebijakan strategis, seperti menggabungkan empat bank milik pemerintah menjadi Bank Mandiri, memisahkan Bank Indonesia dari pemerintah, serta memperkenalkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan bunga tinggi untuk menstabilkan ekonomi. Kebijakan ini tidak hanya meredam inflasi, tetapi juga meningkatkan kepercayaan investor asing dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Seiring melemahnya rupiah, berbagai sektor perekonomian mulai merasakan dampaknya. Harga barang impor, seperti bahan baku, BBM, dan kebutuhan pokok seperti beras, meningkat tajam. Hal ini dikhawatirkan akan memicu inflasi tinggi, yang pada gilirannya dapat menekan daya beli masyarakat.

baca juga : Kopi Ekselsa Asal Sumedang Curi Perhatian Dunia Internasional

Selain itu, pelaku usaha yang bergantung pada bahan baku impor menghadapi kenaikan biaya produksi yang signifikan. Kondisi ini mempersulit daya saing produk lokal, terutama di pasar global.

Ketidakpastian ekonomi global menjadi salah satu penyebab utama gejolak ini. Persaingan dagang antara Amerika Serikat dan Cina, ditambah dengan konflik di Timur Tengah, semakin memperumit upaya stabilisasi nilai tukar. Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah untuk menjaga keseimbangan ekonomi domestik.

Keberhasilan BJ Habibie dalam menangani krisis moneter masa lalu dapat menjadi inspirasi bagi pemerintah saat ini. Langkah-langkah strategis, seperti memperkuat sektor perbankan, menjaga stabilitas moneter, dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri, perlu segera di lakukan. Selain itu, kolaborasi dengan sektor swasta dan memanfaatkan teknologi untuk mendorong efisiensi ekonomi juga menjadi poin penting.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan