JABAR EKSPRES – Pabrik tekstil raksasa di wilayah Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat yakni PT Kahatex, diisukan melakukan perekrutan pekerja dengan syarat calon pelamar membayar sejumlah uang.
Melalui informasi yang dihimpun Jabar Ekspres, perekrutan pekerja untuk masuk sebagai pegawai di PT Kahatex itu, calon pelamar diduga dimintai uang dengan nominal cukup fantastis, yakni sebesar Rp22 juta rupiah per orang.
Adapun isu tersebut sempat beredar di media sosial Whatsapp dengan narasi “Loker dibutuhkan buat pabrik pemintalan dan textile PT Kahatex, Rancaekek Jalan Raya Rancaekek Bandung. Butuh buat posisi karyawan teknisi, syaratnya cowok pendidikan SMK teknik listrik, usia 18-25 tahun max, tinggi 163 cm ke atas, tidak buta warna, tidak ditatto dan tindik,” tulis narasinya.
“Gaji langsung UMR, yang siap boleh segera, via ADM masuknya udah lolos dan pasti kerja (setelah) ADM masuk, untuk ADM cowok 22 juta, yang siap boleh, lamaran proses awal ada buat rekomendasi atau rekom 200 ribu, lamaran kumplit, yang siap segera,” tutup narasi tersebut.
BACA JUGA:Jamin Stabilitas Harga Pangan, Pemkot Cimahi: Suplai dan Demand Masih Aman!
Ketika dikonfirmasi, Manager Umum Bidang Humas dan Lingkungan PT Kahatex Sumedang, Luddy Sutedja mengatakan, pihaknya tak pernah meminta sejumlah uang sebagai syarat perekrutan pekerja.
“Saat ini tidak ada (perekrutan pekerja) pak, bulan kemarin butuh 3 orang untuk utility listrik, sudah dapat,” katanya saat dihubungi melalui seluler, Kamis (17/10).
Luddy menegaskan, PT Kahatex setiap kali membuka lowongan pekerjaan, dalam pelaksanaan perekrutan tenaga kerja, tak pernah memasukkan syarat bagi calon pelamar harus membayar sejumlah uang.
“Saya jelaskan bahwa kemarin memang ada rekrutmen untuk 3 orang bagian listrik. Dan dari sekian banyak pemohon (pelamar/calon pekerja), tidak ada pake uang,” tegasnya.
BACA JUGA:3 Pekan Tahapan Kampanye Berlangsung, Bawaslu Jabar Temukan 46 Dugaan Pelanggaran Pilkada Serentak
Luddy menjelaskan, saat ini kondisi industri tekstil sedang fokus menarik minat buyer dari Eropa, guna bisa meningkatkan kuantiti penjualan ekspor.
Oleh sebab itu, penambahan sumber daya manusia (SDM) alias tenaga kerja, belum menjadi prioritas untuk dilakukan.