Implementasi Kurikulum Nasional, SMA Al Masoem Lakukan Sistem Pembagian Kelas Sesuai Minat dan Bakat Siswa

JABAR EKSPRES – Sekolah Menengah Atas (SMA) Al Masoem di wilayah Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang sudah terapkan kurikulum nasional.

Kepala SMA Al Masoem, Ronny Andrias Lakani mengatakan, implementasi kurikulum nasional, sudah dilakukan tanpa ada kendala.

“Kurikulum nasional ini berangkat dari kurikulum merdeka. Di kita sudah masuk dan diterapkan dari tahun-tahun kemarin,” katanya kepada Jabar Ekspres, Jumat (11/10).

Ronny menerangkan, pihak sekolah tidak serta merta menerapkan kurikulum nasional, tapi sebelumnya memberikan dulu pemahaman serta sosialisasi, baik kepada orangtua siswa maupun peserta didik SMA Al Masoem.

“Informasi disampaikan detil kepada siswa dan orang tua. Penerapan sistem di kami, dibuat menjadi tiga kelas,” terangnya.

Diketahui, Kementerian  Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) secara resmi telah menghapus sistem penjurusan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).

Oleh sebab itu, untuk SMA pada tahun ajaran 2024/2025 sudah tidak ada lagi penjurusan atau peminatan IPA, IPS, dan Bahasa.

Kebijakan tersebut, merupakan bagian dari Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) yang sudah lebih dulu diterapkan sebagai kurikulum nasional.

Ronny menjelaskan, tiga kelas yang dimaksud itu, yakni dikategorikan sesuai dengan minat dan bakat siswa, dalam bidang akademisi.

“Pertama ada kelas kesehatan, kedua kelas teknik dan ketiga itu kelas sosial humaniora,” jelasnya.

Ronny memaparkan, kategori kelas kesehatan diisi oleh para siswa yang betul-betul mempunyai minat serta bakat ke bidang biologi dan kimia.

“Sementara kelas tenik itu untuk siswa-siswa yang minat dan bakat di matematika dan fisika. Kalau kelas sosial humaniora, untuk siswa yang minat pada ekonomi dan sosiologi,” paparnya.

Menurut Ronny, konsep belajar menggunakan kurikulum nasional dinilai lebih menjurus alias tidak terlalu meluas, sehingga para siswa dapat fokus kepada mata pelajaran yang diminati serta dikuasai.

“Kalau zaman dulu ketika anak lebih suka mata pelajaran biologi karena minat di bidang kedokteran, terpaksa harus bisa fisika juga, jadinya kurang maksimal anak karena pengaruh nilai ke raport,” bebernya.

Ronny mengungkapkan, sebelum peserta didik memilih fokus mata pelajaran yang dipilih sesuai minat dan bakat, mereka diharuskan mengikuti tes psikologi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan