Mengapa Aplikasi Temu Dinilai Berbahaya Bagi UMKM Indonesia?

Meski telah mendapat penolakan dari berbagai pihak, Temu tetap berusaha masuk ke pasar Indonesia.

Aplikasi ini sedang mengurus izin operasional melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) di Kementerian Hukum dan HAM, tetapi saat ini izin tersebut masih ditolak karena adanya merek dagang serupa di Indonesia.

Meski demikian, Temu terus melakukan banding untuk bisa beroperasi di negara ini.

Kepopuleran Aplikasi Temu di AS

Diluncurkan pada 2022, Temu telah berkembang pesat, terutama di Amerika Serikat.

Aplikasi ini bahkan menjadi salah satu aplikasi yang paling banyak diunduh di App Store dan Google Play dengan lebih dari 165 juta unduhan dan 167 juta pengguna aktif bulanan di seluruh dunia.

Sekitar 50 juta pengguna aktif berasal dari AS, menjadikan Temu salah satu pemain besar di pasar e-commerce global.

Kepopuleran Temu di Amerika juga didukung oleh kampanye pemasaran besar-besaran.

Menurut The Wall Street Journal, Temu adalah salah satu pengiklan terbesar di AS pada kuartal keempat tahun 2023, dengan rencana untuk menghabiskan sekitar US$3 miliar untuk iklan di tahun 2024, berdasarkan perkiraan analis JP Morgan.

Baca juga : Daftar Uang Koin Rupiah Kuno ini Punya Harga Jual Ratusan Juta, Kamu Punya Salah Satunya?

Meskipun Temu mendapatkan popularitas di berbagai negara, kehadirannya di Indonesia dipandang sebagai ancaman besar bagi ekosistem UMKM lokal.

Pemerintah saat ini sedang menimbang langkah untuk melindungi pasar dalam negeri dari dampak negatif yang mungkin timbul dari aplikasi ini.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan