Sepekan Usai Bentrokan Ojek di Pasir Impun

(Lipsus opang vs ojol)

TERIK matahari jam 12 siang langsung menyorot kepala. Pangkalan ojek di kawasan Pasir Impun, Kecamatan Mandalajati tak lagi beratap usai diserbu ribuan ojek online (ojol) pada pekan lalu. Bentrokan yang sempat terjadi itu lantas sedikit banyak mengubah keadaan.

Dari semenjak bentrokan pada Jumat (6/9) pekan lalu, kini situasi kian membaik antara kedua belah pihak. Terlebih lagi ada kesepakatan bersama yang ditandangani ojek dan pemerintah kota. Berdasarkan hasil musyawarah itu disepakatilah sejumlah poin.

Namun kesepakatan tersebut tidak diterima sebagian ojek pangkalan. Hal itu diungkapkan pula seorang tukang ojek Pasir Impun, Asep Kurnia (43). Menurutnya ada ketergesa-gesaan dan tekanan dari sejumlah pihak kala musyawarah dilakukan tempo lalu.

“Kemarin menandatangi juga kan didesak. Kalau kembali lagi ke anggota, tidak semuanya menerima kesepakatan. Merugikan ojek pangkalan, pihak online diuntungkan,” ungkap salah satu pengurus Opang Pasir Impun itu, kepada Jabar Ekspres, Rabu (18/9).

Sejumlah hal yang diupayakan nyatanya tidak menghasilkan apa-apa. Asep dan rekan ojek lainnya, pada akhirnya pasrah dengan keadaan. Pada Senin, 16 Juli 2024 kemarin, menjadi awal mula ojol dapat secara bebas memasuki wilayah Pasir Impun.

Pantauan Jabar Ekspres, pada Rabu (18/9), ojol pun terlihat hilir mudik di kawasan tersebut. Tampak bahwa musyawarah yang disepakati membuahkan hasil bagi para driver ojol. Akan tetapi lain cerita para tukang ojek pangkalan. Mereka menyayangkan keputusan yang dinilai ‘berat sebelah’ itu disepakati pemangku kebijakan.

“Berbagilah rezeki juga kepada kami. Kasihanilah. Kami sebetulnya minta syarat kepada kecamatan dan warga. Silahkan dihijaukan, tapi jangan sampai mereka mau mengambil dan mengantar (penumpang). Kalau seandainya bebas, nasib kami gimana?” imbuhnya.

“Kalau pengemudi online hati baik. Tolong pilih salah satu. Silahkan ngambil tapi tidak perlu nganter. Cukup sampai pangkalan. Jadi kemarin enggak sepenuhnya setuju dengan delapan poin itu,” jelas Asep.

Dirinya pun menyayangkan, pemerintah setempat, yakni Kecamatan Mandalajati tidak sama sekali membela opang. Bahkan sebelum keputusan hasil musyawarah selesai, pascabentrok, para pengendara ojol sudah mulai hilir mudik mengangkut penumpang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan