Namun, tantangan likuiditas tetap mengancam, bahkan Bursa Efek New York sempat mengancam akan menghapus saham Tupperware karena keterlambatan dalam menyampaikan laporan keuangan.
Baca juga : Wadah Kesayangan Emak, Tupperware Terancam Bangkrut!
Salah satu upaya Tupperware untuk bertahan adalah dengan mendigitalkan bisnis penjualan langsung mereka, yang sebelumnya mengandalkan tenaga penjualan yang menjual produk secara langsung kepada konsumen. Namun, upaya ini belum sepenuhnya membuahkan hasil yang memadai.
Tupperware, yang beroperasi di lebih dari 70 negara, mengalami penurunan penjualan sebesar 18% pada tahun 2022, dengan total penjualan mencapai US$ 1,3 miliar, turun dari tahun 2021.
Perusahaan ini juga tertekan oleh biaya bunga yang tinggi dan kondisi internal serta eksternal yang semakin memperburuk kondisi keuangan mereka.