Dinkes Jabar: 42 Ribu Kasus DBD Terjadi Selama Periode Januari-Agustus 2024

JABAR EKSPRES, BANDUNG – Kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD, saat ini masih menjadi perhatian penting bagi Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar).

Pasalnya berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehataan (Dinkes), Pemprov Jabar mencatat bahwa kasus yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegepty, kini telah mencapai sekitar 42 ribu sejak Januari – Agustus 2024.

“Sementara untuk kasus yang meninggalnya itu ada 268, dan rata-rata yang tertinggi itu dari usia 4-15 tahun,” ucap Kepala Dinkes Jabar, Vini Adiani Dewi, Selasa (10/9).

BACA JUGA:Kasus DBD Melonjak hingga Jadi Perhatian, Lebih dari 1000 Orang Meninggal Dunia

Maka agar kasus ini tidak semakin bertambah, Vini mengaku bahwa pemerintah kini telah memiliki program pencegahan yang diberi nama gerakan bersama. Progam ini, kata dia diharapakan dapat mencegah penyebaran kasus DBD.

“Karena kita tahu DBD ini kasusnya selalu terjadi sepanjang tahun, dan di tahun ini kita ingin meningkatkan literasi tentang DBD ini. Sehingga dengan hal ini diharapkan kita bisa sosialiasikan khususnya kepada anak-anak sekolah,” ungkapnya

Selain hal tersebut, Vini mengatakan pemerintah juga memiliki langkah lain dalam pencegahan ini salah satunya dengan cara mensosialisasikan gerakan menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk atau biasa disebut 3M Plus.

BACA JUGA:Dinkes KBB Klaim Kasus DBD di Bandung Barat Turun Drastis

“Jadi selain kita terus melakukan surveilans, 3M plus juga terus kami sampaikan kepada masyarkat. Jadi memang bahwa DBD ini tidak akan selesai jika tanpa adanya peran dari masyarakat. Makanya kami berhap masyarakat bisa berperan aktif dalam melakukan pencehahan ini,” pungkasnya.

Untuk diketahui, baha kematian akibat DBD di Jawa Barat, saat ini di laporkan banyak menyerang masyarkat di usia 5 -14 atau anak-anak.

Bahkan berdasarkan data dari Dinkes Jabar sebelumnya, Dari jumlah 193 kasus kematian, 100 diantaranya terjadi kepada masyarakat diusia 5 – 14 tahun atau anak-anak.

Menurut Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Kabid P2P) Dinkes Jabar Rochady, tingginya angka kematian di usia tersebut, karena disebabkan oleh beberapa faktor.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan