JABAR EKSPRES – Pemerintah mencatat penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia kian melonjak.
Berdasarkan informasi yang didapat, selama Januari – Agustus 2024 kemarin, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (kemenkes) mencatat, penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Ades Aegepty tersebut telah mencapai 181.000 kasus. Bahkan, 1.079 diantaranya berakhir meninggal dunia.
Plt. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), Kementerian Kesehatan RI, Anas Ma’ruf mengatakan, kasus DBD masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia karena terus menningkat dibandingkan 2023 lalu.
“Tahun 2024 dari Januari sampai Agustus itu kurang lebih 181.000 lebih kasus dan itu jumlahnya lebih dari sepanjang tahun 2023, artinya tahun ini ada peningkatan kasus, demikian juga jumlah kematian kurang lebih 1.079 sampai Agustus ini,” ujarnya di Bandung, Sabtu (7/9)
Anas menambahkan, sebagian besar pengidap DBD adalah anak-anak sekolah dan usia produktif. Sehingga, pemerintah meminta masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk salah satunya melalui gerakan 3M Plus.
“Tiga kombinasi ini diharapkan bisa mengurangi jumlah kasus maupun juga jumlah kematian,” katanya.
Sesuai dengan target global, di tahun 2030 diharapkan tidak ada lagi kematian atau zero death dari DBD ini. Sehingga, pemerintah tengah memaksimalkan semua cara guna mencapai target tersebut.
“Oleh karena itu tentu berbagai cara kita lakukan, selain tadi yang saya sebutkan tiga kombinasi yang saat ini dianggap pas yaitu 3M Plus, intervensi dengan nyamuk Wolbachia, dan intervensi pada vaksinasi. Dan vaksinasi ini selain saat ini masih swasta, kita kaji juga siapa tau nanti bisa menjadi vaksin program,” ucapnya.
Ditempat yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Vini Adiani Dewi mengatakan, kasus DBD sepanjang Januari-Agustus 2024 di jabar juga cukup tinggi. Bahkan angka kematian pun, kata dia tekah mencapai ratusan.
“Jawa Barat itu ada 42.000 an kasus DBD sampai bulan Agustus dan yang meninggalnya 268. Tertinggi usia 4-15 tahun, baru 15-44 tahun, jadi memang pada anak sekolah,” ujarnya.
Kemudian, Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, menyampaikan, DBD merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang dapat menjangkit siapa saja. Di Indonesia, semua orang berisiko terkena DBD sepanjang tahun, terlepas dari di mana mereka tinggal, usia, atau gaya hidup mereka.