Pengamat Sebut Indonesia Darurat Transportasi Umum, Arah Kebijakan Rezim Masih Tertinggal dari Malaysia

JABAR EKSPRES – Menuju Indonesia Maju seakan baru sebatas angan-angan. Pasalnya, pembangunan infrastruktur terutama di sektor transportasi umum, belum ada perkembangan secara signifikan.

Pengamat Transportasi sekaligus Wakil Ketua Masyarakat Trasportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno mengatakan, sektor kendaraan publik di Indonesia perlu ada gebrakan kemajuan.

“Sejauh ini, masalah yang masih menjadi pekerjaan rumah tetap berkutat pada transportasi umum,” katanya kepada Jabar Ekspres melalui seluler, Rabu (4/9).

Djoko menilai, hingga saat ini belum ada prioritas pembangunan di sektor transportasi publik di berbagai daerah di Indonesia.

Menurutnya, Indonesia sebagai negara kepulauan perlu membenahi angkutan umum yang telah ada.

BACA JUGA:Pertahankan Pangan Nasional, IPB University Kembangkan Teknologi Budidaya Padi Cerdas Iklim

Djoko menerangkan, perhatian untuk membangun transportasi umum selayaknya jadi agenda prioritas di daerah-daerah.

“Tidak perlu muluk-muluk, armada angkutan perintis yang bisa menambah kuantitas perjalanan dalam sepekan, misalnya 2 sampai 3 kali pun sudah cukup,” terangnya.

Djoko menjelaskan, secara fisik, pembangunan daerah perbatasan sudah baik, akan tetapi layanan transportasi yang masih kurang, bahkan di beberapa wilayah angkutan desa sudah mulai hilang.

“Ini dampaknya panjang, bisa ke angka putus sekolah, perkawinan usia anak dan stunting. Hal ini tidak pernah disadari, bawah transportasi itu sudah menjadi kebutuhan dasar,” jelasnya.

BACA JUGA:Musim Kemarau Berlangsung, Warga Kabupaten Bandung Perlu Waspadai Ini Saat Beraktivitas

Djoko mengungkapkan, angkutan perintis perlu mendapat perhatian khusus oleh pemerintah. Bus Perintis yang dikelola Perum Damri, misalnya, yang mendapat penugasan menghubungkan daerah-daerah pelosok di Tanah Air, dinilai kurang mendapat dukungan dalam hal sarana dan prasarana.

“Maka, hingga kini, masyarakat daerah terpencil dan perbatasan hanya dilayani bus-bus tua yang sudah kurang laik,” ungkapnya.

Djoko memaparkan, jika dilihat lebih mendetil, Indonesia memiliki bangunan megah Pos Lintas Batas Negara (PLBN) dibanding negara tetangga Malayisa.

Akan tetapi, meski sudah berdiri megah, ternyata faktanya tidak satupun PLBN ada layanan transportasi umum yang memadai.

“Sementara di Malaysia, setiap pos lintas batas dipastikan tersedia angkutan umum. Sekarang, hanya ada layanan Angkutan Lintas Batas Negera (ALBN),” paparnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan