Homeless World Cup kembali diadakan. Kali ini berlangsung pada 21-28 September 2024 mendatang, di Korea Selatan. Timnas Homeless Indonesia pun bakal berpartisipasi dalam panggung internasional itu. Bukan sekadar panggung menunjukkan talenta, melainkan juga suarakan pesan sosial.
Muhamad Nizar, Jabar Ekspres
Delapan orang dipastikan terbang ke Korea Selatan. Mereka bakal mewakili Tim Homeless Indonesia dalam perhelatan sepakbola tersebut. Delapan orang ini ialah pemain yang memiliki latar belakang masalah sosial.
Mulai dari mereka yang memiliki latar belakang kepompong masyarakat rentan terhadap isu tunawisma seperti miskin kota, ODHI, serta konsumen NAPZA. Mereka berjuang untuk berlaga serta menghapus stigma rentan bagi diri sendiri.
“Setiap pemain membawa kisah hidup yang unik, penuh perjuangan, dan semangat untuk mengubah kehidupan mereka melalui sepak bola,” ungkap Manajer Timnas Homeless Indonesia, Rin Aulia, beberapa waktu lalu.
“Mereka adalah bukti nyata bahwa sepakbola bukan hanya sekedar olahraga, tetapi juga alat transformasi sosial dan pemantik harapan,” imbuhnya.
BACA JUGA: 2 Cara Mengatasi ‘Task Limit’ Tren Video AI Berpelukan, Ini Tipsnya
Homeless World Cup merupakan turnamen tahunan yang diselenggarakan Homeless Foundation. Hal tersebut diadakan dengan tujuan untuk mengatasi isu-isu sosial seperti tunawisma dan kemiskinan melalui sepak bola.
Sejak pertama kali diadakan pada tahun 2023, turnamen itu sudah menjadi platform global meningkatkan kesadaran. Serta mendorong perubahan positif terhadap komunitas paling rentan di seluruh dunia.
Konsisten ialah kunci utama. Hal tersebut diungkapkan Manajer Program dari Komunitas Rumah Cemara, Ardhani Suryadhana. Setiap tahun, pria yang akrab disapa Achiel ini selalu mengharapkan tidak ada lagi stigma bagi mereka yang berlatar belakang masalah sosial.
BACA JUGA: Hari Pertama Pendaftaran Pilkada Serentak, Begini Tanggapan Pj Wali Kota Bandung
“Tahun sekarang juga kami berharap benar-benar stigma bisa terhapus tidak hanya dari masyarakat. Terutama untuk orang-orang dengan permasalahan sosial, bahwa stigma terhadap diri sendiri harus dikurangi. Sama seperti orang lain, mereka pun punya kemampuan dan kualitas,” ujarnya.
“Kami rumah cemara tetap fokus pada orang-orang yg punya permasalahan sosial punya peluang sama. Peluang itu bisa dibuka dan dimanfaatkan mereka dengan konsisten,” pungkasnya.