JABAR EKSPRES – Badan Kepegawaian Negara (BKN) bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) saat ini sedang melakukan investigasi mendalam terkait dugaan bocor data yang melibatkan hampir 4,8 juta Aparatur Sipil Negara (ASN) di Indonesia.
Langkah ini diambil setelah muncul laporan bahwa data tersebut diperdagangkan di forum hacker, Breachforums, dengan harga mencapai USD 10.000 atau sekitar Rp 159,4 juta.
Baca juga : Pemeran Pria di Video Syur Audrey Davis Ditangkap Polisi
Plt Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Hukum, dan Kerja Sama (BHHK) BKN, Vino Dita Tama, menyatakan bahwa investigasi ini sangat penting untuk memastikan bahwa data ASN tetap aman dan untuk memitigasi potensi risiko yang mungkin timbul dari kebocoran tersebut.
Ia menekankan bahwa hingga saat ini, meskipun ada dugaan kebocoran, layanan manajemen ASN tetap berfungsi normal dan tidak mengalami gangguan yang berarti.
Namun, untuk mencegah kemungkinan penyalahgunaan data lebih lanjut, BKN mengimbau seluruh pengguna layanan BKN, termasuk ASN, untuk segera memperbarui kata kunci (password) mereka.
Vino menegaskan bahwa pembaruan kata kunci secara berkala merupakan langkah penting untuk menjaga keamanan data dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
“Segera lakukan pembaruan kata kunci, dan pastikan untuk menggantinya secara berkala agar terhindar dari risiko yang tidak diinginkan,” ujar Vino dalam pernyataan resmi yang dikutip pada Selasa, 12 Agustus 2024.
Kabar mengenai kebocoran data ini pertama kali mencuat setelah diunggah oleh platform keamanan siber, Falcon Feeds, melalui media sosial X (sebelumnya Twitter).
Dalam unggahan tersebut, seorang peretas dengan nama anonim “TopiAx” mengklaim telah mendapatkan data pribadi dari BKN yang mencakup informasi detail seperti nama, tempat lahir, tanggal lahir, gelar, hingga nomor Surat Keputusan (SK) CPNS dan PNS.
Peretas tersebut bahkan mengaku telah menjual database berisi 4.759.218 baris data ASN dengan harga USD 10.000.
Lebih jauh, peretas ini juga membagikan sampel data dari 128 ASN yang bekerja di berbagai instansi di Aceh sebagai bukti keaslian data yang mereka miliki.
Pratama Persadha, Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, mengonfirmasi kebenaran sebagian data yang dibocorkan tersebut.