JABAR EKSPRES – Fenomena banyaknya pasien anak-anak yang menjalani pengobatan cuci darah akibat kegagalan ginjal, kini telah menjadi perhatian penting bagi sejumlah pihak.
Pasalnya metode pengobatan tersebut, umunya dijalani oleh orang dewasa yang mengalami penyakit salah satunya seperti gagal ginjal.
Menanggapi fenomena ini, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat (Jabar) Bey Triadi Machmudin mengaku hal tersebut kini telah menjadi perhatian Pemerintah Provinsi (Pemprov). Sebab kata dia, berdasarkan informasi yang didapat dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes), hal ini terjadi diakibatkan karena makanan dan minuman yang tidak sehat.
“Nah ini kan (banyaknya pasien anak-anak yang menjalani pengobatan cuci darah) karena makanan dan minuman yang tidak sehat. Jadi minuman yang kadar gulanya tinggi itu harus dihindari,” katanya, Sabtu (3/8).
Agar fenomena ini dikemudian hari tidak terus terjadi, Bey mengaku bahwa telah mendesak Kemenkes untuk segera mengeluarkan aturan tentang penerapan penanda Kesehatan didalam kemasan makanan maupun minuman.
Hal ini dilakukan, Bey menuturkan agar nantinya masyarakat dapat dengan mudah mengetahui kandungan yang tertera dalam makanan dan minuman.
“Jadi dengan adanya PP (Peraturan Pemerintah) Kesehatan oleh bapak Presiden, kami mendesak agar Kemenkes segera memberikan penandaan pada kemasan minuman atau makanan. Jadi masyarakat tidak perlu khawati, dan akan lebih mudah lagi (dalam mengetahui kandungan), sehingga akan bagus untuk anak-anak,” imbuhnya.
Diketahui sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa fenomena ini dikarenakan anak-anak diberikan makanan atau minuman dengan kadar gula cukup tinggi. Sehingga hal ini, menurutnya menjadi salah satu penyebab pasien Anak-anak banyak yang menjalani pengobatan cuci darah
“Karena memang Indonesia itu suka gula. Jadi ini disebabkan oleh gula, dan gula itu bisa menjadi penyebab dari segala macam penyakit mulai dari ginjal, hati, stroke, hingga jantung,” katanya saat ditemuin di Gedung Sate Bandung, Jum’at (2/8) kemarin.