41 Ribu Anak-anak di Jabar Terjerat Judi Online, Bey Machmudin Tanggapi Begini!

JABAR EKSPRES, BANDUNG – Sebanyak 41 ribu anak-anak di Jawa Barat (Jabar) dilaporkan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan atau PPATK, telah terjerat judi online. Bahakan angka teresebut, diketahui menjadi jumlah terbesar di Indonesia pengguna judi online di kalangan anak-anak dengan nilai transaksi hingga mencapai Rp49,8 miliar.

Menanggapi hal ini, Penjabat (Pj) Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin mengaku upaya pencegahan terus dilakukan oleh pemerintah. Bahkan ia menyebut, upaya tersebut saat ini sudah dilakukan ke sekolah-sekolah.

“Memang dari awal Jabar tertinggi untuk (pengguna) judi online. Jadi tetap kami akan lakukan edukasi, dan bagaimana caranya untuk mencegah. Dan kami saat ini sudah ke sekolah-sekolah, mengingatkan anak-anak agar hati-hati,” ujarnya, Selasa (30/7).

BACA JUGA:Maju di Pilwalkot Bogor, Sahabat Rena Da Frina Mulai Atur Strategi

Selain judi online, peminjaman online juga menurut Bey saat ini telah menjadi fokus utama pemerintah. Pasalnya kata dia, keduanya saat ini saling berhubungan.

“Judi online dan pinjaman online ini sangat berhubungan. Jadi itu yang membuat tingginya (pengguna), banyak hutang. Jadi bahaya sekali,” ucapnya.

Maka dari itu agar hal ini dapat dicegah, Bey meminta kepada seluruh pihak khusunya masyarakat dan orang tua untuk berperan aktif dalam melakukan pencegahan.

“Kami minta orang tua, sekolah untuk peduli lagi. Sementara untuk penanganannya, pertama kami akan koordinasi dengan PPATK untuk mengetahui kenapa penyebabnya. Jadi akan kita upayakan penangananya,” imbuhnya.

BACA JUGA:Bandung Jamuga, Upaya Pemkot Hapus Kasus Bullying di Kota Kembang

Disisi lain, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Kelurga Berencana (DP3AKB) Jabar menyebut hal ini harus menjadi perhatian khusus pemerintah, sebab menurut Kepala DP3AKB Jabar Siska Gerfianti, jika anak-anak telah terjerat dengan judi online, maka akan berhadapan dengan hukum.

“Tapi kami perlu menelusuri terlebih dahulu akar permasalahannya, apakah akibat luputnya pengawasan dari keluarga, atau malah diakibatkan oleh eksploitasi yang dilakukan orang tuanya,” ungkapnya saat dikonfirmasi terpisah.

Oleh karena itu, Siska menuturkan agar hal ini dapat dicegah, pihaknya akan terus melakukan pendekatan dan penguatan khususnya kepada anak-anak.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan