JABAR EKSPRES – Kenaikan harga minyakita belakangan ini menyebabkan keresahan dikalangan pedagang dan masyarakat Kota Cimahi.
Diketahui, harga minyakita 1 karton kini mencapai Rp181.00, untuk 2 Liter Rp32.000 dan 1 Liter Rp16.000.
Salah satu pedagang sembako di Pasar Antri Baru, Rita (35), mengatakan bahwa naiknya harga minyak kita membuat pembeli berkurang.
“Ini lagi masa sulit, jadi pembeli berkurang ke kita, tadi nya kan dari minyak curah belinya ke minyakita. Tapi sekarang minyakita mahal jadi pembeli malah berkurang, bingung kita juga,” keluh Rita kepada Jabar Ekspress, Jumat (26/7).
Senada dengan Rita, pedagang lainnya, Asep (52), juga merasakan dampak dari kenaikan harga minyakita tersebut.
BACA JUGA: Rudy Susmanto Optimis Bogor Lebih Maju dalam Lima Tahun Kedepan, Ini Faktornya!
Kenaikan harga minyak kita 1 Liter Rp16.000 itu menurutnya sudah terjadi hampir satu bulan.
“Diharga segitu aja sudah tidak ada laba ke kitanya,” keluhnya juga.
Bahkan Asep mengakus sempat kebingungan untuk menjual minyakita. Ditambah suplai dari distributor sempat menurun.
“Makanya bingung menjualnya, sekarang sedikit. Sekarang yang subsidi sepertinya semuanya udah tidak ada yang suplai kesini. Makanya disini minyakita dari sales canvasing saja,” kata dia.
Asep juga mengeluhkan tidak adanya pemantauan harga ke Pasar Antri Baru baik dari pemerintah kota atau pun pihak lainnya.
BACA JUGA: Hilangnya Rasa Keadilan
“Yang memantau harga juga kesini jarang-jarang sih, tidak seperti dulu. Saya menilainya tidak ada kontrol untuk pengendalian harga,” ujarnya.
Di sisi lain, pedagang di Pasar Atas Kota Cimahi, Adam (31), mengungkap jumlah pembeli minyak kita tidak terlalu turun, meski harganya naik menjadi Rp 16.000 per liter.
Kendati demikian, ia mengeluh lantaran modal yang dikeluarkan untuk minyakita cukup tinggi.
“Kita modal untuk minyakita Rp15.200, sedangkan dijual Rp16.000. Laba mungkin dari satu dus cuman Rp10.000,” kata Asep.
Di tempat berbeda, pelaku UMKM di Kelurahan Cibabat, Gugun Gunawan (53), memilih beralih ke minyak kemasan merk lain karena kualitas minyakita dianggap kurang memuaskan.
“Sebenarnya saya sebelum ini menggunakan minyakita. Namun, setelah naik saya beralih ke merk yang lain dengan kualitas lebih bagus. Kalau minyakita, lebih cepat menyerap ke makanan kalau saat menggoreng. Jadi ke makanan lebih cepat berminyak,” jelas Gugun.