JABAR EKSPRES – Kenaikan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng bersubsidi membuat masyarakat agak kelimpungan. Mulai dari warga hingga pedagang yang menjajakan produk itu, merasakan dampak cukup signifikan.
Seorang pedagang toko, Riki Rahmadani (28) menyebut, atas dinaikkannya harga minyak subsidi bermerk Minyak Kita itu, ia harus merogoh kocek lebih dalam tiap membeli lagi stok dari produk tersebut.
“Keinginan semua orang pastinya turun. Supaya modal lebih ringan. Stok lebih banyak juga Minyak Kita sebenarnya dulu dari harga eceran Rp 14.000 sampai HET Rp15.200 per kilogram,” sebut Riki kepada wartawan di kiosnya, Rancasawo, Kota Bandung, Kamis (25/7).
BACA JUGA: 565 Bungkus Rokok Ilegal Berhasil Dirazia Satpol PP Cimahi
“Masa iya saya jual Rp14.000 ribu per kilo. Jadi sekarang menjual Rp16.500 per kilo. Hampir setengah tahun harga itu tinggi. Tetapi syukurlah masih ada yang membeli. Kebutuhan primer juga soalnya, kan” imbuhnya.
Sementara itu harga minyak curah, kata Riki, berbeda lagi situasinya. Menurutnya masih dalam kondisi normal. Saat ini harga minyak dari grosir berkisar Rp15.000 per kilogram.
“Harga pengin segera turun. Apalagi bagi masyarakat yang membeli. Berharap supaya biar mereka lebih terbantu aja kalau turun,” tandasnya.
BACA JUGA: Tahun Ini Bakal Ada Dua Kampung Siaga Bencana di Kota Bandung, Ini Kata Pemkot
Bersamaan seorang ibu rumah tangga, Eni Marsiah (54) merasa keberatan dengan harga Minyak Kita yang harus dinaikkan pemerintah. Produk bersubsidi mestinya meringankan masyarakat, bukan sebaliknya.
“Pengin di harga normal lagi aja. Engga memberatkan warga juga. Kasihan yang pengen beli minyak bersubsidi dengan harga terjangkau, sekarang agak mahal lagi,” pungkasnya.