JABAR EKSPRES, BANDUNG – Populasi atau keberadaan sapi khusunya perah di Jawa Barat (Jabar), saat ini disebut Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) telah mengalami penurunan, pasca terjadinya wabah penyakit mulut dan kuku atau PMK pada beberapa waktu lalu.
Bahkan berdasarkan data yang dilihat di Badan Pusat Statistik (BPS) dari 110.005 ekor sapi perah di tahun 2022 kemarin, saat ini menurut Sekretaris DKPP Jabar Indriantari telah mengalami penurunan sebanyak 34 persen.
“Jadi kita kehilangan populasi sapi perah setelah PMK itu 34 persen. Belum lagi produksinya (susu) juga turun karena efek dari penyakit itu,” ujarnya di Gedung Sate Bandung, Senin (22/7) kemarin.
Agar populasi dapat terus meningkat, Indriantari mengaku bahwa DKPP Jabar terus melakukan proses kerjasama dengan beberapa pihak swasta, khusunya untuk meningkatan produksi susu.
BACA JUGA:Dimyati dan Alam Mbah Dukun Lolos Verifikasi KPU, Siap Maju Perseorangan dalam Pilkada Banjar
“Kami akan terus kerjasama dengan pihak swasta untuk menambah populasinya dam meningkatkan produksinya. Secara nasional. Jabar baru 20 persen kebutuhan susu yang bisa dipenuhi, dan yang terbesar itu adalah Jawa Timur, lalu Jawa Tengah, kemudian Jawa Barat,” ungkapnya.
Maka dengan adanya hal ini, Indriantari menuturkan bahwa pihaknya akan terus berupaya semaksimal mungkin dalam mengejar ketertinggalan tersebut.
“Karena Jabar pernah jadi nomor satu untuk produsen susu, kami ingin mengejar itu lagi. Kalau populasi kita kalah tapi produksi mudah-mudahan bisa ngejar. Jadi PMK itu menyerang kambing, domba, kemudian sapi, dan kerbau,” pungkasnya.
Berdasarkan data yang dilihat, wabah PMK terjadi di Jabar sejak tahun 2022 lalu. Bahkan akibat wabah tersebut, sekitar 199.220 ekor sapi terkena PMK.
(San).