JABAR EKSPRES – Saat ini, banyak aplikasi yang mengklaim bisa menghasilkan uang dengan mudah. Salah satu aplikasi yang tengah ramai dibicarakan adalah aplikasi SHELL.
Aplikasi SHELL menawarkan pengguna baru saldo awal sebesar Rp1.000. Namun, untuk melakukan penarikan, pengguna harus mencapai saldo minimal Rp30.000.
Hal ini berarti pengguna perlu melakukan deposit terlebih dahulu agar bisa menarik uang. Skema ini sudah mencurigakan karena memaksa pengguna untuk menyetorkan uang lebih dulu.
Baca juga : Klarifikasi Leader Aplikasi MSL GROUP “SURAT BUPATI PALSU!”
Untuk mendapatkan uang dari aplikasi SHELL, pengguna diharuskan melakukan investasi dalam berbagai tingkatan mulai dari SHELL 1 hingga SHELL 8.
Modal investasi terkecil adalah Rp100.000 dengan masa berlaku 60 hari dan penghasilan harian Rp30.000.
Ini berarti dalam 4 hari, pengguna sudah bisa mengembalikan modal dan meraih keuntungan yang sangat tidak masuk akal. Skema ini menandakan adanya potensi penipuan atau investasi bodong.
Semakin besar nilai deposit, semakin besar pula pendapatan yang dijanjikan. Skema seperti ini sering disebut skema Ponzi, di mana uang yang dibayarkan kepada investor lama berasal dari dana investor baru.
Selagi ada anggota baru yang terus bergabung dan menyetor uang, skema ini akan tetap berjalan. Namun, ketika aliran anggota baru berhenti, sistem ini akan runtuh dan banyak korban yang kehilangan uang mereka.
Beberapa ciri khas aplikasi penipuan seperti SHELL adalah mencatut nama perusahaan besar dan memiliki sistem referal yang menguntungkan hanya untuk orang-orang yang bergabung terlebih dahulu.
Misalnya, SHELL mencatut nama perusahaan minyak dan gas multinasional yang sah. Aplikasi ini juga menawarkan komisi referal hingga tiga level dengan persentase yang menggiurkan.
Saran kami, hindarilah investasi pada aplikasi seperti ini. Meski mungkin ada orang yang berhasil menarik uang di awal, ini hanyalah cara untuk menarik lebih banyak korban.
Uang yang dihasilkan bukanlah uang yang berkat, melainkan dari hasil menipu orang lain.
Pengalaman sebelumnya dengan aplikasi Open AI, yang juga mencatut nama perusahaan besar, menunjukkan bahwa skema seperti ini hanya bertujuan untuk menipu.