Oleh AHMAD SYAIKHU, Presiden Partai Keadilan Sejahtera
Jelang pergantian rezim kekuasaan pada bulan Oktober 2024 nanti, kondisi perekonomian nasional menghadapi tekanan yang tidak ringan. Kita baru saja mendengar kabar yang memprihatinkan dari dunia industri, dalam kurun waktu setahun terakhir, terdapat delapan pabrik besar yang tutup di wilayah Jawa Barat. Informasi terbaru, pabrik Bata yang yang sudah berdiri semenjak tahun 1994 akhirnya tutup. Jika dihitung jumlah karyawan masing-masing pabrik, tidak kurang 16.733 orang akan mengalami PHK secara massal. Apalagi kalau dihitung jumlah anggota keluarga, maka orang yang terancam ekonominya akan jauh lebih besar.
Kita tidak bisa menghindar, tingginya ketidakpastian ekonomi dan tekanan pasar keuangan global yang didorong oleh sentiment higher for longer terhadap tingkat inflasi dan suku bunga yang terjadi semenjak Pandemi Covid-19 melanda dunia. Perekonomian global semakin rentan akibat munculnya eskalasi ketegangan geopolitik di banyak kawasan secara berkelanjutan, turunnya harga komoditas utama dan lesunya perekonomian China. Kondisi tersebut bisa mempengaruhi berbagai aspek perekonomian dalam negeri, terganggunya berbagai sektor industri nasional, melemahnya daya beli masyarakat, dan berkurangnya kepercayaan investor.
Kita bisa membayangkan, bagaimana kondisi perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian hingga awal tahun 2024, berimbas pada kondisi perekonomian domestik yang rentan. Akibatnya, Surplus neraca perdagangan Indonesia menurun 39,4 persen secara tahunan menjadi 7,34 miliar dollar AS sepanjang triwulan I-2024. Berdasarkan catatan BPS, nilai ekspor Indonesia selama tiga bulan pertama 2024 turun 7,25 persen dibandingkan triwulan pertama 2023. Kinerja ekspor turun lebih signifikan ketimbang impor. Pada saat yang sama, terjadi aliran keluar modal (capital outflow) sebanyak 1,89 miliar dollar AS dari pasar obligasi. Begitu pula nilai tukar Rupiah, terdepresiasi sebesar 2,89 persen.
Kita mengapresiasi ekonomi Indonesia tumbuh positif sebesar 5,11 persen pada Triwulan 1-2024, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2023. Walaupun, pada saat yang sama mengalami kontraksi sebesar 0,83 persen (q-to-q), dibandingkan Triwulan 4-2023. Pertumbuhan ekonomi tiga bulan pertama ini belum bisa mencerminkan kinerja perekonomian yang riil. Tetapi, lebih banyak bergantung pada siklus bisnis dan faktor pola musiman sesaat (seasonal), seperti pergerakan harga komoditas dunia, masuknya bulan suci Ramadhan diikuti dengan hari raya Idul Fitri, dan pelaksanaan pemilu serta gelontoran bansos secara beruntun.