Inspiratif: Bermula Olah Limbah Roti jadi Pakan, Pria Asal Sumedang Kini Miliki Peternakan Sapi dan Berdayakan Warga

“Awalnya juga mengolah dengan jumlah sedikit, mulai usaha itu sekitar 2003. Jadi alhamdulillah merintis. Saya dididik oleh bapak untuk ikut, biar mengerti dan tidak mengandalkan pemberian orang tua,” ucapnya di tengah puluhan suara sapi.

BACA JUGA: Bahayakan Pengendara Jalan, Pemkot Bandung Sorot Juntai Kabel Udara

Kemudian, Hilman memperlihatkan ribuan karung pakan ternak hasil olahan mandiri, untuk dikirim ke sejumlah kabupaten/kota di Jawa Barat, bahkan pengiriman telah ke luar daerah, salah satunya ke DKI Jakarta.

Usahanya dari tahun ke tahun membutuhkan proses dan kesabaran, sebab selain harus menganalisa target pasar, pembelian limbah roti pun tergolong cukup banyak pesaing. Namun proses yang dilalui cukup membuahkan hasil. Pasalnya kini Hilman bersama Katon, mampu mengelola limbah roti untuk dijadikan pakan ternak sebanyak 7 ton per hari.

“Kalau bicara kendala pasti ada beragam, termasuk pesaing yang sudah lebih dulu dan yang berbarengan mulai merintisnya. Persaingan harga dan momentum itu perlu banyak analisa dan pertimbangan,” bebernya sambil duduk membelakangi sapi yang terikat di kandang.

Hilman bersama Katon alias sang ayah telah mendaftarkan usahanya agar mengantongi izin atau legalitas, dengan nama CV Cikal Mekar Raharja (CMR). Sampai pada melihat potensi yang berhubungan, mereka pun memutuskan melebarkan sayap. Ibarat peribahasa, bulan naik matahari naik.

“Mulai menggarap kandang (ternak sapi) awalnya juga cuman pada momentum Hari Raya Idul Adha. Jadi ada yang butuh sapi, karena saya suka kirim pakan ke peternak jadi kenal, saya sambungkan. Sampai mulai tahun 2016 apa 2017, itu sedikit-sedikit ngumpulin beli sapi dan bikin kandang,” imbuhnya sembari tersenyum ramah.

BACA JUGA: Wanita Paruh Baya Ditemukan Tewas di Rumah Kontrakan Lembang, Polisi Langsung Amankan Pelaku

Menurutnya, perjalanan yang ditempuhnya dalam berbisnis bukanlah hal yang mudah. Dia bersama sang ayah kerap menerima beragam cobaan, termasuk penolakan warga sekitar.

“Khawatir bau dan mengotori jalan. Cuman kita rangkul baik-baik, agar bisa saling mengerti. Soalnya kandang sapi dan pengolahan limbah roti cukup jauh dari pemukiman juga,” jelasnya yang kini mulai menyalakan rokok filter.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan