Laka Maut Subang Jangan Sampai Terulang, Sekolah dan Disdik Tak Boleh Sembarang Lakukan Study Tour

JABAR EKSPRES – Peristiwa kecelakaan lalu lintas bus yang membawa rombongan pelajar sekolah study tour, yang terjadi di wilayah Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang menyita banyak perhatian.

Pasalnya, kecelakaan maut bus yang terguling akibat diduga rem blong tersebut memakan sebanyak 11 korban meninggal dunia.

Anggota DPRD Kabupaten Bandung Komisi D, Hilman Farouq mengatakan, tidak menolak jika sekolah mengadakan kegiatan study tour.

“Pada dasarnya boleh-boleh saja mengadakan study tour, asalkan mengutamakan keselamatan,” katanya kepada Jabar Ekspres, Jumat (17/5).

Menurut Hilman, kegiatan study tour merupakan bentuk positif guna menambah wawasan para pelajar, dengan pola pembelajaran ringan ke luar daerah.

BACA JUGA: Jelang Laga Persib vs Bali United di Semifinal Liga 1, Polisi Turunkan 1500 Personel

“Dan mengedukasi para siswa, sehingga siswa bisa mendapatkan ilmu atau pengalaman positif dari study tour tersebut,” ujarnya.

Kendati demikian, Hilman menyoroti pihak sekolah khususnya bagi yang berdiri di Kabupaten Bandung, untuk tidak melakukan pemaksaan kepada pelajar.

“Untuk sekolah saya rasa jangan mewajibkan anak-anak (pelajar) untuk mengikuti study tour, karena tidak sedikit orang tua yang kurang mampu,” bebernya.

“Jangan sampai karena wajib, anak ingin ikut, orangtua memaksakan pembiayaan study tour. Kegiatan boleh tapi jangan ada paksaan, agar tidak menjadi beban kepada orangtua siswa,” tukas Hilman.

Hal senada diucapkan Bupati Bandung, Dadang Supriatna. Menurutnya, study tour yang digelar ke luar daerah bisa memberikan dampak yang positif.

“Biasanya kalau study tour itu positif pasti ada efek positifnya, setelah pulang paling tidak membawa pengetahuan baru,” ucapnya.

Namun, Dadang menilai, sekolah harus bisa lebih memperhatikan aspek keamanan, terlebih dalam kontek Sumber Daya Manusia (SDM), termasuk menggunakan kendaraan yang sudah profesional.

Mengingat, kejadian kecelakaan kerap terjadi karena kendaraan yang membawa para pelajar biasanya tidak layak jalan.

“Tapi tetap peningkatan kualitas dalam konteks SDM juga pemahaman dan pendalaman tentunya ini boleh-boleh saja akan tetapi tetap mengutamakan keselamatan,” tutup Dadang.

Sementara itu, Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno memaparkan, jika melihat pada peristiwa laka maut Subang, maka perlu jadi perhatian Dinas Pendidikan (Disdik) di berbagai wilayah.

Tinggalkan Balasan