Tantangan yang dihadapi calon independen tidak berhenti pada masa pendaftaran. Tantangan terjal itu juga ada di tahap kampanye, termasuk pasca pilkada jika menang.
Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Firman Manan menguraikan, saat kampanye calon independen bakal kampanye dengan mesin-mesin yang dimilikinya sendiri. Jumlahnya tentu terbatas.
Beda dengan calon yang diusung partai politik. Mereka tentu memiliki mesin partai yang sudah ada. “Walau memang belum ada jaminan, tergantung kinerja mesin partai juga,” cetusnya.
Firman melanjutkan, fakta yang ada sangat kecil calon independen yang bisa menang pilkada. Sejarah di Jabar hanya baru terjadi pada pasangan Aceng Fikri – Dicky Chandra dalam perebutan kursi Bupati dan Wakil Bupati Garut.
Tantangan calon independen juga tidak berhenti setelah pilkada. Kalau menang. Tapi dalam menjalankan roda pemerintahan mereka juga agak sulit untuk bisa mendapat dukungan dari legislatif atau DPRD.
Menurut Firman, calon independen sebenarnya bisa mengambil hati masyarakat yang punya sentimen negatif terhadap partai politik. Tapi peluang itu belum sepenuhnya bisa dioptimalkan. Para calon independen masih kalah jauh dari sisi popularitas. Bahkan yang terjadi di Bandung atau Jabar, sering kali tokoh independen yang kemudian diusung partai politik. Contohnya Ridwan Kamil.(son)