JABAR EKSPRES – Fenomena Investasi bodong sudah sejak lama ramai menjadi masalah di masyarakat, banyak orang yang mengaku menjadi korbannya. Namun yang mengherankan, masih saja banyak yang tergiur dan berulang kali terjerat menjadi korbannya.
Jika sudah banyak kasus investasi bodong yang bisa menjadi contoh nyata didepan mata. Dengan kerugian yang tidak bisa dibilang sedikit, karena jumlahnya mencapai ratusan Miliar.
Lalu kenapa para korban ini masih juga tidak kapok dan terus mencoba aplikasi baru yang ditawarkan, padahal menggunakan skema yang sama dan sudah tahu bahwa aplikasi investasi tersebut berpotensi scam atau menipu.
Baca juga : WASPADA, 3 Aplikasi Investasi ini Disebut Roy Shakti Bakal Zonk Setelah Lebaran ini
Bahkan sudah banyak para pakar yang mengingatkan dan tanpa lelah mengedukasi tentang resiko besar, jika masih juga berani coba-coba untuk terlibat dalam jaringan penipuan berkedok investasi tersebut.
Namun seperti kecanduan, para korban ini masih juga tergiur dengan berbagai rayuan para agen untuk deposit dan memasukkan modal. Ditambah janji manis akan mendapatkan bonus 100 persen, hadiah undian hingga iming-iming jalan-jalan keluar negeri, umroh, emas dan berbagai harapan palsu lainnya.
Kalaupun ada yang cair atau dipenuhi oleh pihak aplikasi, itu hanya untuk segelintir orang sebagai bahan pancingan, agar yang lain juga ikut-ikutan memasukkan banyak-banyak uangnya.
Banyak yang menyebut, berulangnya kasus investasi bodong ini karena masyarakatnya yang kurang pendidikan, atau kendala jarak dimana masyarakat tidak mudah mendapatkan akses informasi sehingga sangat mudah untuk dikelabui.
Salah seorang pakar investasi bodong yang sering kali memberikan edukasi tentang aplikasi-aplikasi ponzi Roy Shakti, menyebutkan bahwa permasalahan ini bukan hanya karena faktor manusianya.
Baca juga : Menyusul Smart Wallet, 2 Aplikasi Investasi ini Diprediksi Scam pada April 2024
Namun karena masivnya pertumbuhan aplikasi investasi di Indonesia, yang disebutnya merupakan permainan yang dikendalikan oleh mindland asal China yang beroperasi di Negara Kamboja.
“Hampir setiap hari yang namanya aplikasi-aplikasi ponzi ini tumbuh menggantikan yang scam, dan ini sangat aktif mencari korban,” ujarnya dalam salah satu unggahannya di Instagram dengan nama akun @royshakti.