Apa Bukti Shaum Ramadhan Kita Diterima Allah SWT?

Dari pernyataan di atas, bisa terlihat bagaimana sikap ‘tawadhu mereka kepada Allah SWT. Meskipun pada hakikatnya para ulama tersebut adalah orang-orang shalih dan taat beribadah mereka tetap memiliki kekhawatiran jika amalan-amalan yang sudah dilakukannya tidak diterima Allah SWT.

Jika kembali kepada pertanyaan awal seperti yang ditulis pada judul tulisan ini, tentu jawabannya memang tidak semudah menjawab pertanyaan dalam ilmu matematika atau ilmu pasti, yang punya jawaban pasti atau jawaban yang sudah memiliki rumusan baru. Meskipun demikian, pertanyaan tersebut dapat terjawab setidaknya dengan melihat apa yang disebut dengan tanda-tandanya. Ada kaidah dari para ulama bahwa, “Sesungguhnya diantara alamat diterimanya kebaikan adalah kebaikan selanjutnya” (Bahraen, 2020)

Secara umum, setidaknya ada 3 (tiga) tanda diterima amal ibadah diterima Allah SWT. Pertama, kondisi seseorang setelah melakukan ketaatan lebih baik dari sebelumnya. Syekh Binbaz rahimahullah pernah ditanya perihal tanda-tanda diterimanya amal-amal saleh yang dilakukan seorang hamba. Kemudian rahimahullah beliau menjawab,

“Maka, di antara tanda-tanda diterimanya (sebuah amal): lapangnya dada, istikamah di atas kebaikan, bergegas dalam ketaatan, berhati-hati dari keburukan dan dosa. Saat intensitas kejelekannya menjadi sedikit, kebaikannya bertambah dan hatinya merasa tenang kepada kebaikan. Maka, inilah tanda-tanda taufik dan diterimanya amalan, yaitu keadaan dan kondisinya berubah menjadi lebih baik.”

Kedua, dimudahkan untuk mengerjakan kebaikan-kebaikan lain setelahnya. Seorang hamba yang amalannya diterima oleh Allah Ta’ala, maka ia akan diberikan taufik untuk mengerjakan kebaikan-kebaikan lain setelahnya. Karena sejatinya amal saleh dan kebaikan merupakan rantai yang tak terputus. Selesai melakukan sebuah ketaatan, maka akan datang ketaatan berikutnya. Al-Qur’an menggambarkannya sebagai berikut.

“Maka, barangsiapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga), maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan).” (QS. Al-Lail: 5-7).

Saat Allah menerima puasa kita di bulan Ramadan, maka selepas bulan Ramadan diri kita pun insyaAllah akan dimudahkan untuk mengerjakan puasa-puasa lainnya. Yang paling dekat dengan bulan Ramadan adalah berpuasa enam hari di bulan Syawal, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

Tinggalkan Balasan