CIMAHI, JABAR EKSPRES – Meskipun Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi mencatat penurunan volume sampah selama bulan Ramadan, mereka mengakui potensi peningkatan yang signifikan menjelang Lebaran.
Selama bulan Ramadan, pola belanja masyarakat cenderung berubah, dengan lebih sedikit kunjungan ke pasar dan kebutuhan pokok dibeli dalam jumlah besar untuk stok beberapa hari.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi, Chanifah Listyarini mengungkapkan, diperlukan upaya daur ulang secara mandiri dari sumbernya guna mengurangi pengiriman sampah ke Sarimukti.
“Untuk daur ulang, Cimahi ini tahun ini melakukan inovasi pintas bank sampah atau peningkatan kapasitas bank sampah,” ucapnya pada Jabar Ekspres saat dijumpai di TPS Santiong, Rabu 20 Maret 2024.
Perkembangan terbaru mengenai proyek Santiong dan Lebaksaat saat ini tengah menjalani tahap uji coba komisioning untuk pengelolaan sampah dengan target produksi sebesar 50 ton per hari.
BACA JUGA: Dikeluhkan Warga Karena Banjir Sampah, TPS Perbatasan Cimahi-KBB Ditutup
“Selanjutnya, proses operasional akan dilakukan selama 10 bulan oleh Kementerian Pekerjaan Umum,” kata Chanifah.
Terkait dengan peralatan pengolahan sampah, Chanifah mengatakan kini alat tersebut telah selesai dipasang, mencakup berbagai tahapan seperti mesin pemilah sampah, pengering, penghancur, pencampur, dan penekan sampah.
“Untuk mesin pengolah sampah, sudah lengkap ada dua line,” paparnya.
Hingga saat ini, Chanifah menyatakan bahwa TPS Santiong telah memulai operasinya dengan tahap fase comm Fest.
Kendati demikian, Chanifah berencana untuk memastikan, setiap 312 RW memiliki bank sampah yang berfungsi sepenuhnya. Dengan adanya bank sampah, mereka akan secara otomatis melanjutkan pengelolaan sampah organik.
“Dengan bank sampah unit itu otomatis mereka kita akan lanjutkan mengelola sampah organik. Tadi menjadi kompos selain itu kita juga siapkan ember untuk membuat kompos,” ucapnya.
BACA JUGA: Selama Ramadan, Jam Operasional TPK Sarimukti akan Disesuaikan
Selanjutnya, bank sampah unit memiliki peran penting dalam mengelola limbah anorganik yang memiliki nilai jual tinggi, namun tidak dapat dijual atau diserahkan kepada pengepul barang bekas.
“Sisanya yang memang anorganik low value itu diberikan ke kami untuk dilakukan proses persentuhan lebih lanjut menjadi FGF bahan bakar jumputan,” ungkap Chanifah.